UMAT BUDDHIS ADALAH ILMUWAN
DAN PIKIRAN ADALAH LABORATORIUMNYA
oleh: hutan_hujandri
DAN PIKIRAN ADALAH LABORATORIUMNYA
oleh: hutan_hujandri
Judul di atas sangat tepat diberikan kepada umat Buddha. Bagaimana tidak, umat Buddha dianjurkan oleh penemu ajarannya untuk tidak menelan mentah-mentah ajaran-ajaran yang diberikan oleh sang penemu ajarannya yaitu Buddha Gautama. Buddha Gautama menganjurkan umatnya untuk meneliti dan memeriksa kembali setiap ajaran-ajaran yang diterima dari para pemimpin agamanya, hal ini sangat berguna untuk umat itu sendiri, karena dengan meneliti dan memeriksa kembali maka pengertian/pemahaman yang didapat akan lebih jelas. Metode ini serupa dengan metode yang digunakan oleh para ilmuwan.
Para ilmuwan melakukan penelitian berulang-ulang dari masing-masing aspek yang harus diteliti terhadap suatu fenomena yang terjadi. Hal ini memang melelahkan namun tujuan dari meneliti dan memeriksa kembali adalah untuk memastikan dengan benar apa yang sedang terjadi, bukan hanya berdasarkan atas dugaan, rasa kepercayaan, atau perasaan belaka. Siapa yang mau meminum obat yang belum pernah diteliti?
Terkadang kita sebagai manusia hanya mampu melihat sebatas apa yang ingin kita lihat. Bagaikan pemuda yang sedang kasmaran, ketika sedang jatuh cinta perasaan terasa indah, siapa yang tidak suka dengan perasaan yang indah tersebut?. Setiap orang menyukai indahnya perasaan tersebut, setiap orang “ingin” memiliki perasaan yang indah tersebut bersama pasangannya untuk selama-lamanya. Rasa “ingin” ini lah yang membuat kita sulit melihat siapa pasangan kita yang sebenarnya. Rasa “ingin” ini lah yang membuat pasangan kita tampak baik dan sempurna di mata kita. Rasa “ingin” ini lah yang membuat mata menjadi terbatas dalam melihat, karena rasa “ingin” ini membuat mata hanya mampu melihat sebatas apa yang “ingin” kita lihat di dalam diri sang kekasih dengan suatu harapan agar perasaan indah tersebut dapat terjaga dan terpelihara sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dengan kata lain seseorang yang sedang kasmaran secara tidak sadar menyangkal kenyataankenyataan pahit yang ada demi utuhnya kebahagiaan yang sedang dirasakan.
Hal seperti itu yang dihindari oleh umat Buddhis dalam berpikir, sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh penemu ajarannya, bahwa umatnya dianjurkan untuk meneliti dan memeriksa kembali setiap apa yang diterima agar segala sesuatu yang diterima terbebas dari dugaan, rasa kepercayaan dan perasaan belaka, sehingga apa yang diterima menjadi sangat bermanfaat dan baik. Hal ini sangat berbeda dengan apa yang ada di agama lain, yang lebih mengutamakan keyakinan dan kepercayaan belaka tanpa mengutamakan pikiran sebagai sebuah laboratorium untuk meneliti.
Pantas saja ilmuwan Stephen Hawking ditentang oleh banyak tokoh agama dunia karena di dalam salah satu bukunya menyatakan bahwa Yang Maha Esa tidak berperan dalam proses pembentukan alam semesta.
Pikiran adalah laboratorium.
Laboratorium merupakan tempat yang menyediakan peralatan untuk mengolah, meneliti dan menyimpan apa yang diteliti.
Tempat ini dapat mengolah materi menjadi materi lain, meneliti apa yang sedang terjadi, mengapa suatu materi bisa menjadi materi lain dan terakhir dapat menyimpan data hasil materi yang diolah dan diteliti. Fungsi-fungsi tersebut serupa dengan fungsi-fungsi yang ada di indera keenam manusia yaitu pikiran.
Sekarang bayangkanlah suatu pikiran seseorang yang sering diasah dengan memusatkan pikiran dalam kesehariannya. Seiring dengan waktu, pikiran yang terlatih akan membuat fungsi-fungsi pikiran dapat bekerja dengan tajam dan canggih, terlebih lagi jika ketenangan pikiran sudah muncul. Orang tersebut sangat mungkin dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman masa kecilnya, atau bahkan pengalaman masa lampaunya. Dengan kemampuan seperti itu, bayangkanlah seberapa banyak kesimpulankesimpulan tentang hidup yang dapat diperoleh, dan berapa banyak pengetahuan yang dapat tergali oleh orang tersebut, jawabannya tak terbatas.
Melalui pikiran kita dapat mengolah suatu pengalaman menjadi suatu kesimpulan, melalui pikiran kita dapat mengingat berbagai macam pengalaman yang dapat mendukung mengapa suatu fenomena bisa terjadi, dan melalui pikiran kita dapat menyimpan berbagai macam kesimpulan yang telah diperoleh.
Fungsi-fungsi pikiran tersebut merupakan fungsi pikiran yang paling sederhana yang bisa saya terjemahkan, sedangkan ajaran Buddha Gautama membahas indera keenam manusia tersebut secara terperinci, dimulai dari awal sampai akhir dari akibat pikiran tersebut. Hal ini tidak dapat ditemukan di dalam suatu ajaran yang hanya berlandaskan pada keyakinan dan kepercayaan belaka, karena hal ini hanya dapat terungkap oleh orang-orang yang melakukan pemusatan pikiran bukan pemusatan keyakinan dan kepercayaan belaka. Pantas saja ilmuwan Albert Einstein memuji ajaran Buddha.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar