Selasa, 12 Agustus 2014

Khotbah Pertama Buddha (materi Bab 1 kelas 8 semester 1)

A. Buddha Merenungkan Dharma



Segera setelah mencapai Penerangan Sempurna, Buddha duduk bermeditasi di bawah pohon Rajayatana untuk merenungkan Dharma yang telah ditemukan. Perlu kamu ketahui bahwa setelah melewatkan 49 hari di bawah pohon Rajayatana, Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna, yaitu pada hari Rabu malam purnama bulan Waisak. Pada hari ke-50, tepatnya hari Kamis, tanggal 6 bulan Asadha, Buddha bangkit dari dudukNya di bawah pohon Rajayatana. Beliau kembali dan berdiam di bawah pohon gembala (Ajapala) dengan duduk bersila. Dalam kesunyian dan ketenangan di bawah pohon Ajapala itulah, Buddha  merenungkan hal berikut.
 “Empat Kebenaran Mulia, terlihat dengan jelas melalui kebijaksanaan yang muncul
dengan sendirinya (syambhu Nana). Sungguh sulit untuk dilihat (bagaikan sebutir biji mostar
yang ditutupi Gunung Meru yang besar); sungguh sulit dipahami (sesulit memecahkan
sehelai bulu binatang menjadi seratus bagian dengan sehelai bulu lain); sungguh damai; dan
sungguh mulia.”

Selanjutnya,
dua bait yang menakjubkan, yang belum pernah didengar sebelumnya, tiba-tiba muncul dengan jelas dalam batin Buddha, sebagai berikut.
“Tidak ada manfaatnya mengajarkan Empat Kebenaran Mulia kepada para dewa dan manusia pada saat ini karena hanya perasaan welas asih-Ku sebagai penyebab dari dalam (ajjattika nidana), tetapi belum ada permohonan dari brahma yang dipuja oleh dunia ini sebagai penyebab dari luar (bahira nidana). Empat Kebenaran Mulia ini sangat sulit dipahami bagi mereka yang diliputi kejahatan, keserakahan, dan kebencian. Semua dewa dan manusia yang diliputi oleh kegelapan batin dan pandangan salah tidak akan dapat melihat Empat Kebenaran Mulia yang membawa menuju Nibbana melawan arus samsara.”

Buddha yang merenungkan demikian merasa segan untuk mengajarkan Dharma karena tiga alasan: (1) batin makhluk-makhluk yang penuh dengan kekotoran; (2) Dharma yang sangat dalam; dan (3) Buddha sangat menjunjung tinggi Dharma. Proses berpikir Buddha yang demikian ini diumpamakan seorang dokter yang merawat pasien yang menderita berbagai macam penyakit. Dokter itu merenungkan, “Dengan cara bagaimana dan obat apa yang tepat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit itu?” Buddha menyadari bahwa semua makhluk menderita berbagai penyakit kotoran batin dan Dharma sangat sulit dimengerti. Buddha merenungkan, “Dharma apa yang harus Aku ajarkan kepada makhluk-makhluk ini dan dengan cara bagaimanakah Aku harus mengajarkan mereka?.” Hal ini bukan berarti Buddha menyerah total dengan berpikir, “Aku tidak akan mengajarkan Dharma kepada makhluk-makhluk sama sekali.”

Ada dua alasan Buddha mengajarkan Dharma: (1) perasaan welas asih yang besar Mahakaruna) kepada makhluk-makhluk yang muncul dalam batin Buddha dan (2) permohonan brahma agar Buddha mengajarkan Dharma. Pada saat Buddha merenungkan Dharma yang sangat dalam dan banyaknya kotoran batin dalam batin makhluk-makhluk, welas asih yang besar (Mahakaruna), serta penyebab dari dalam (ajjhatta nidana) telah timbul. Namun, penyebab luar (bahira nidana) masih kurang karena brahma belum mengajukan perohonannya. Buddha hanya akan mengajarkan Dharma jika brahma telah mengajukan permohonannya. Hanya akan mengajarkan Dharma setelah ada permohonan dari brahma adalah suatu peristiwa yang wajar bagi setiap Buddha. Alasan mengajarkan Dharma setelah permohonan dari brahma adalah di luar masa perkembangan ajaran Buddha (sebelum munculnya  Buddha), mereka yang taat dan bijak hanya memuja brahma. Oleh karena itu, jika brahma yang dihormati di dunia memperlihatkan penghormatannya kepada Buddha dengan bersujud di depan-Nya, seluruh dunia juga akan ikut bersujud dan memiliki keyakinan terhadap Buddha. Alasan ini adalah suatu kebiasaan dan kewajaran bagi Buddha untuk mengajarkan Dharma hanya setelah ada  permohonan yang diajukan oleh brahma.  Demikianlah, hanya setelah penyebab luar (bahira nidana) atau permohonan brahma diajukan, Buddha bersedia mengajarkan Dharma.
        

3 komentar:

  1. Apa alasannya seorang makhluk dewa mau memohon agar buddha mau mengajarkan ajaarannya

    BalasHapus
  2. Karena saat itu banyak manusia dan para dewa memuja Brahma. Dengan adanya Brahma Sahampati memohon kepada Buddha untuk mengajarkan ajaranNya, maka para dewa dan manusia yang memuja Brahma akan lebih mudah untuk menerima ajaran Buddha.

    BalasHapus
  3. mengapa Buddha tidak segera mengajarkan Dhamma yang telah di temukan ?

    BalasHapus