Ada tiga macam jawaban untuk pertanyaan itu, yaitu:
1. Mereka yang percaya pada adanya “Tuhan penguasa semesta” akan menjawab, bahwa setelah mati seseorang akan ditempatkan di Surga abadi atau Neraka abadi, tergantung pada perbuatan atau agama orang itu.
2. Yang lain mengatakan bahwa bila hidup seseorang berakhir, keberadaannya juga berakhir. Ini adalah kepercayaan “Kemusnahan pada kematian“, yang merupakan pandangan materialistik.
3. Sang Buddha berkata bahwa setelah kematian, kita akan terlahir pada
kehidupan baru, dan bahwa proses mati dan terlahir kembali ini akan berkelanjutan sampai kebebasan Nibbana tercapai.
Agama Buddha menganggap kedua pandangan point 1 dan point 2 diatas tidak benar dan tidak lengkap.
Pandangan point 1 ditolak karena tidak masuk akal, tidak adil dan kejam. Si Jahat tidak semestinya dilaknat hukuman abadi di Neraka, juga Si baik tidak semestinya dianugerahi Surga abadi, hanya karena berbuat kejahatan atau kebaikan dibumi selama 60 atau 80 tahun atau Sepanjang hidupnya sekalipun, masa 60 atau 80 tahun tidak sebanding dengan kebahagiaan atau kesengsaraan abadi yang diterimanya.
Juga adalah tidak masuk akal bahwa “ Tuhan yang semestinya Maha Pengasih ” mencampakkan dan menghukum “ Ciptaannya” berupa siksaan dan kesakitan selama jangka waktu yang tidak terbatas/abadi.
Pandangan diatas juga tidak bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan penting sehubungan dengan itu, seperti :
* Apa yang dialami para binatang setelah mati ?,
* Apa yang terjadi pada jutaan bayi yang mati dalam kandungan ?
* Apa yang terjadi dengan bayi yang begitu lahir segera mati ?, apakah mereka ke Surga atau ke Neraka?.
Kalau ke Surga, maka jelas tak adil, sebab mereka belum pernah berbuat baik, lalu bila ia dihukum di Neraka, juga tidak adil karena mereka belum sempat berbuat kejahatan.
Pandangan dalam point 2 (materialistik), juga tidak dapat menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan mendasar. Para kaum materialistik sulit menjawab fenomena kompleks, misalnya bagaimana kesadaran manusia yang timbul setelah pertemuan dua sel kelamin dan perkembangannya selama 9 bulan.
Saat ini, setelah Parapsikologi telah diterima sebagai cabang ilmu pengetahuan, fenomena seperti telepati dan sebagainya, bertambah tidak cocok dengan pandangan kaum materialistik tentang batin manusia.
Agama Buddha menawarkan keterangan yang sangat memuaskan tentang darimana kita datang dan apa yang akan terjadi setelah kita mati.
Proses kelahiran kembali, yang disebut Punabbhava,
secara harfiah berarti “ Menjadi lagi ”.
Sang Buddha berkata:
“ untuk dapat terlahir kembali, Tiga syarat harus dipenuhi :
-Sepasang (Calon) Orang tua yang subur,
-hubungan seksual atau bertemunya sepasang sel kelamin dan
-adanya gandhabba”
(Majjhima Nikaya I : 265).
Istilah gandhabba berarti “ Datang dari tempat lain “, mengacu pada suatu arus energi batin yang terdiri dari kecenderungan-kecenderungan, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri karakteristik yang meninggalkan badan yang telah mati.
Ketika badan mati, “Batin bergerak keatas” /uddhamgami . (Samyutta Nikaya V : 370 ) , dan mengembangkan diri lagi pada sel telur (calon) ibu, yang baru saja dibuahi.
Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “ Sifat bawaan dari sejak lahir “ pada setiap individu sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu adalah hasil (vipaka) dari perbuatan (kamma) kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.
Secara sederhana, untuk dapat mengerti bagaimana “Batin berpindah” dari satu badan ke badan yang lain, maka kita dapat membandingkannya dengan pancaran siaran radio. Gelombang radio, yang jelas memang tidak terdiri atas musik atau pidato, namun adalah energi pada frekwensi-frekwensi yang berbeda, dipancarkan lewat angkasa, tertarik dan ditangkap oleh pesawat penerima/radio yang kemudian disiarkan sebagai musik atau pidato.
Dengan cara yang sama, “batin” meninggalkan badan pada saat kematian, bergerak diangkasa, tertarik dan masuk ke sel telur yang telah dibuahi dan di “siarkan” sebagai suatu pribadi baru. (ada banyak Bukti-bukti ilmiah yang mendukung, pendapat para filsuf dan laporan-laporan pendapat umum tentang doktrin kelahiran kembali ini)
Doktrin kelahiran kembali amat menarik karena sangat adil.
Menurut pandangan agama lain, walau seorang berprilaku baik dalam hidupnya, maka ia tetap saja dapat dihukum selamanya di neraka kekal, karena dianggap memeluk agama yang salah.
Ini jelas sangatlah tidak adil.
Karma dan kelahiran kembali berarti orang baik akan terlahir baik, apapun agama yang dianutnya.
Pula orang jahat akan tetap mempertanggung jawabkan perbuatannya, walaupun ia “ Insaf ” dan mengubah agamanya dimenit-menit terakhir kehidupannya.
Doktrin kelahiran kembali juga memungkinkan setiap orang untuk senantiasa mempunyai kesempatan lagi.
Pandangan agama lain, hanya memberikan kesempatan sekali saja. Apa yang dia perbuat dan apa agama yang dianutnya pada masa hidupnya yang singkat ini, menentukan kelak bagaimana keadaan dia selamanya secara kekal.
Sebaliknya, Sang Buddha menegaskan bahwa bila kita gagal memurnikan diri kita pada kehidupan ini, kita masih dapat melakukannya pada kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang berikutnya lagi. Kelahiran kembali juga memungkinkan kita untuk senantiasa menyempurnakan keahlian dan minat kita yang telah kita kembangkan saat ini, pada kehidupan yang akan datang.
Dengan demikian, secara jujur beralasan bila dikatakan, doktrin kelahiran kembali lebih dapat diterima, lebih adil dan lebih menarik hati dibanding teori tentang masalah sesudah kematian yang lain.
Banyak orang enggan menerima doktrin kelahiran kembali karena mereka tidak mampu memahaminya atau karena mereka tidak mampu mengingat kelahiran mereka sebelumnya.
Ini bukan alasan yang masuk akal. Kelahiran kembali adalah suatu proses yang tidak dapat diamati dengan indera. Kelahiran kembali tidak dapat ditemukan dengan pengukuran dan perhitungan matematis atau menggunakan peralatan ilmiah dan mesin, tidak pula dapat difoto atau ditimbang. Namun demikian, bukan berarti Kelahiran kembali itu tidak ada. Manusia modern telah sampai pada kesimpulan bahwa ada begitu banyak hal di alam semesta ini yang tidak dapat diamati dengan indera biasa, sekalipun dengan peralatan ilmiah yang tercanggihpun.
Sang Buddha adalah ahli terbesar dalam hal kelahiran kembali (Tumimbal lahir), Pada malam agung Pencerahannya, dalam pengamatan pertama Sang buddha mengembangkan pengetahuan menyadari masa lampau yang memungkinkan mengingat berbagai kehidupan lampaunya,
Sang Buddha berkata :
“ Aku mengingat kembali kehidupan-kehidupanku yang lampau, yaitu satu kelahiran, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh, seratus kelahiran, seribu kelahiran, seratus ribu kelahiran….. demikianlah aku mengingat kembali kehidupan-kehidupanku yang lampau, terperinci berserta ciri-cirinya. Inilah pengetahuan sejati pertama yang kucapai pada malam jaga pertama…..”.
“ Aku melihat makhluk-makhluk mati dan lahir kembali, yang hina dan yang mulia, yang cantik dan yang buruk, yang bahagia dan yang malang. Aku melihat bagaimana makhluk-makhluk itu melanjutkan kehidupannya sesuai dengan perbuatan-perbuatannya.
Inilah pengetahuan sejati kedua yang kucapai pada malam jaga kedua… “. (Majjhima Nikaya 36).
Ini adalah ungkapan paling awal dari Sang Buddha sehubungan dengan pertanyaan tentang Kelahiran kembali. Hal ini secara meyakinkan membuktikan bahwa Sang buddha tidak meminjam kebenaran Kelahiran kembali dari sumber-sumber lain yang telah ada, tetapi Beliau berbicara berdasarkan pengetahuan pribadi, pengetahuan yang dikembangkan oleh diri sendiri dan yang juga dapat dikembangkan oleh orang lain.
Dalam Dhammapada XI ; 153, Sang Buddha bersabda :
“Dengan melalui banyak kelahiran,
aku telah mengembara dalam samsara
(siklus kehidupan).
Terus mencari,
namun tak kutemukan pembuat rumah (Tubuh) ini,
Sungguh menyakitkan
kelahiran yang berulang-ulang ini ”.
Pernahkah kita pada suatu saat, disuatu tempat, berjumpa dengan orang yang belum pernah kita temui sebelumnya, tetapi secara naluriah terasa sudah tidak asing lagi dengan orang tsb ?. Bahkan kadang kita tak habis berpikir ; Mengapa kita tidak menyukai seseorang, padahal kita tidak saling mengenal sebelumnya ?.
Pernahkah kita mengunjungi suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya dan secara naluriah terkesan bahwa kita benar-benar mengenali lingkungan sekitarnya dan “merasa” bahwa kita pernah ketempat itu sebelumnya ?
Pernahkah disuatu saat, disuatu tempat, kita sedang berkumpul dengan teman atau keluarga kita, dan pada momen tertentu tiba-tiba naluri kita merasakan bahwa situasi dan kondisi seperti itu pernah kita alami sebelumnya?.
Inilah suatu bukti nyata bahwa kehidupan dimasa lalu adalah suatu kebenaran adanya. Walaupun, kebanyakan orang tidak bisa mengingat kehidupan sebelumnya, bahkan tidak mengingat kejadian-kejadian pada masa kecilnya, bahkan kejadian-kejadian sebulan yang lalupun tidak dapat diingatnya dengan baik, dengan demikian tetap menjadi kenyataan bahwa pikiran manusia tampaknya bekerja dengan suatu cara dimana tidak bisa mengingat seluruh peristiwa yang telah lampau.
Pikiran dan cara kerjanya, pada umumnya tidak dimengerti oleh kebanyakan orang.
Sedikit saja yang tahu bahwa “ Ingatan bawah sadar ” merupakan bagian besar dari pikiran yang tidak biasa kita manfaatkan. Sebenarnya dalam bagian pikiran inilah selamanya tersimpan seluruh ingatan pengalaman-pengalaman / kesan-kesan lampau kita, termasuk kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Ilmu pengetahuan modern menerima hipotesis bahwa dalam bawah sadar terdapat ingatan lengkap, tidak hanya seluruh rincian kehidupan saat ini, namun termasuk juga tahap-tahap kesadaran lampau yang sejajar dengan kehidupan kita saat ini.
Adalah hal yang baik, kita tidak ingat berbagai kekeliruan, kesengsaraan dan prasangka pada kehidupan lampau kita, karena hal itu dapat membuat hidup kita menjadi sangat berat. Ada Kelahiran2 kembali dalam alam yang bukan manusia, dimana kesan-kesannya tidak tercatat secara jelas. Serangkaian kehidupan semacam itu praktis menghapuskan seluruh ingatan.
Banyak ahli spiritual Barat yang telah menerima Doktrin Kelahiran kembali sebagai suatu fakta, karena merupakan satu-satunya penjelasan yang masuk akal terhadap hal-hal tertentu yang ternyata tidak sesuai dengan konsep ahli spiritual yang lain.
Sekedar contoh, diketahui bahwa dengan perantaraan ahli spiritual dimungkinkan untuk berhubungan dengan orang-orang tertentu yang telah mati, sementara dengan orang lain ternyata tidak dapat. Hal ini selalu menjadi kesulitan besar bagi para ahli spiritual. Namun ajaran Sang Buddha dapat menjawab dengan sederhana,
Sang Buddha bersabda :
“ Dan apa beragam kamma itu ?
Adalah kamma yang akan berbuah di alam neraka,
di alam binatang, di alam asura, di alam preta,
di alam manusia,
pula ada kamma yang berbuah di alam dewa .”
(Angutta Nikaya III : 414).
Dengan demikian jelas, tidak semua makhluk bertumimbal lahir dalam alam spiritual, lebih jauh lagi, beberapa alam kehidupan ini terlampau jauh dari alam manusia untuk dijangkau oleh para perantara (cenayang) pada umumnya.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Semoga semua makhluk berbahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar