Kamis, 16 Mei 2013

Uposatha-Sutta Versi Rinci [A. 4:250-255]


“Oh para bhikkhu, pengamalan uposatha berunsur delapan baik pahala, manfaat, kegemilangan, maupun jangkauannya besar sekali
. Oh para bhikkhu, bagaimanakah pengamalan uposatha berunsur delapan yang pahala, manfaat, kegemilangan, maupun jangkauannya besar sekali itu?” “Dalam hal ini, oh para bhikkhu, demikianlah yang direnungkan para Siswa Sang Ariya : Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, telah menghindari pembunuhan makhluk hidup, telah meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, tahu malu dan memiliki rasa iba, berbelas kasih atas kemaslahatan semua makhluk hidup. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, akan menghindari pembunuhan makhluk hidup, akan meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, tahu malu dan memiliki rasa iba, berbelas kasih atas kemaslahatan semua makhluk hidup. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur pertama yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup telah
meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, diri sendiri bersih. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, diri sendiri bersih. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur kedua yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan kehidupan tidak suci, hidup suci, hidup menjauhi dan menghindari percabulan orang awam. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan kehidupan tidak suci, hidup suci, hidup menjauhi dan menghindari percabulan orang awam. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur ketiga yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan ucapan bohong, menghindari ucapan bohong, mengucapkan yang benar, yang bersanding dengan kebenaran, tandas, dapat dijadikan tumpuan, tidak mendustai orang-orang di dunia. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan ucapan bohong, menghindari ucapan bohong, mengucapkan yang benar, yang bersanding dengan kebenaran, tandas, dapat dijadikan tumpuan, tidak mendustai orang-orang di dunia. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur keempat  yang  menyertai.
Para  Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan minuman beralkohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan yang mengondisikan kelengahan; menghindari minuman beralkohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan yang mengondisikan kelengahan. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan minuman beralkohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan yang mengondisikan kelengahan; menghindari minuman beralkohol, minuman hasil fermentasi yang memabukkan yang mengondisikan kelengahan. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur kelima yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup hanya makan sekali, berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Saya pun hari ini, siang dan malam ini hanya akan makan sekali, berhenti santap malam, menghindari makan pada waktu yang salah. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur keenam yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik telah meninggalkan pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan dan dandanan — pengondisi persolekan; menghindari menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik menghindari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan dan dandanan — pengondisi persolekan. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik meninggalkan pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan dan dandanan — pengondisi persolekan; menghindari menonton hiburan tari-tarian, nyanyian, dan musik menghindari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, urapan kosmetik, perhiasan dan dandanan — pengondisi persolekan. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur ketujuh yang menyertai.
Para Arahat, sepanjang hidup telah meninggalkan pembaringan yang tinggi dan besar, menghindari pembaringan yang tinggi dan besar, hanya menggunakan pembaringan yang rendah, di atas ranjang kecil atau tikar rerumputan. Saya pun hari ini, siang dan malam ini akan meninggalkan pembaringan yang tinggi dan besar, menghindari pembaringan yang tinggi dan besar, hanya menggunakan pembaringan yang rendah, di atas ranjang kecil atau tikar rerumputan. Dengan cara demikianlah saya meneladan para Arahat, dan akan mengamalkan uposatha. Inilah unsur kedelapan yang menyertai. Demikianlah, oh para bhikkhu, pengamalan uposatha berunsur delapan yang baik pahala, manfaat, kegemilangan, maupun jangkauannya besar sekali.
Seberapa besarkah pahalanya? Seberapa besarkah manfaatnya? Seberapa besarkah kegemilangannya? Seberapa besarkah jangkauannya? Sama seperti, oh para bhikkhu, memiliki otoritas kekuasaan yang berdaulat atas keenam belas negeri besar yakni Aṅgā, Magadhā, Kāsī, Kosalā, Vajjī, Mallā, Cetī, Vaṅgā, Kurū, Pañcālā, Macchā, Surāsenā, Assakā, Avantī, Gandhārā, dan Kambojā — yang  berlimpah-ruah dalam tujuh jenis permata, namun masih tidak senilai dengan seperenam belas bagian dari uposatha berunsur delapan ini. Apa sebabnya? Karena, oh para bhikkhu, bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya.
Oh para bhikkhu, 50 tahun alam manusia setara dengan sehari semalam para Dewa Cātumahārājika. Tiga puluh ‘malam’ demikian adalah sebulan. Dua belas ‘bulan’ demikian adalah satu tahun. Usia para Dewa Cātumahārājika adalah 500 ‘tahun’ surgawi demikian. Bisa jadi, oh para bhikkhu, ada pria atau wanita tertentu, berkat mengamalkan uposatha berunsur delapan, sesudah meninggal dunia, setelah hancur terurainya badan jasmani, akan terlahir kembali di antara para Dewa Cātumahārājika. Inilah, oh para bhikkhu, yang tersirat dalam ungkapan ‘bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya’.
Oh para bhikkhu, 100 tahun alam manusia setara dengan sehari semalam para Dewa Tāvatiṃsa. Tiga puluh ‘malam’ demikian adalah sebulan. Dua belas ‘bulan’ demikian adalah satu tahun. Usia para Dewa Tāvatiṃsa adalah 1000 ‘tahun’ surgawi demikian. Bisa jadi, oh para bhikkhu, ada pria atau wanita tertentu, berkat mengamalkan uposatha berunsur delapan, sesudah meninggal dunia, setelah hancur terurainya badan jasmani, akan terlahir kembali di antara para Dewa Tāvatiṃsa. Inilah, oh para bhikkhu, yang tersirat dalam ungkapan ‘bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya’.
Oh para bhikkhu, 200 tahun alam manusia setara dengan sehari semalam para Dewa Yāma. Tiga puluh ‘malam’ demikian adalah sebulan. Dua belas ‘bulan’ demikian adalah satu tahun. Usia para Dewa Yāma adalah 2000 ‘tahun’ surgawi demikian. Bisa jadi, oh para bhikkhu, ada pria atau wanita tertentu, berkat mengamalkan uposatha berunsur delapan, sesudah meninggal dunia, setelah hancur terurainya badan jasmani, akan terlahir kembali di antara para Dewa Yāma. Inilah, oh para bhikkhu, yang tersirat dalam ungkapan ‘bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya’.
Oh para bhikkhu, 400 tahun alam manusia setara dengan sehari semalam para Dewa Tusita. Tiga puluh ‘malam’ demikian adalah sebulan. Dua belas ‘bulan’ demikian adalah satu tahun. Usia para Dewa Tusita adalah 4000 ‘tahun’ surgawi demikian. Bisa jadi, oh para bhikkhu, ada pria atau wanita tertentu, berkat mengamalkan uposatha berunsur delapan, sesudah meninggal dunia, setelah hancur terurainya badan jasmani, akan terlahir kembali di antara para Dewa Tusita. Inilah, oh para bhikkhu, yang tersirat dalam ungkapan ‘bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya’.
Oh para bhikkhu, 800 tahun alam manusia setara dengan sehari semalam para Dewa Nimmānarati. Tiga puluh ‘malam’ demikian adalah sebulan. Dua belas ‘bulan’ demikian adalah satu tahun. Usia para Dewa Nimmānarati adalah 8000 ‘tahun’ surgawi demikian. Bisa jadi, oh para bhikkhu, ada pria atau wanita tertentu, berkat mengamalkan uposatha berunsur delapan, sesudah meninggal dunia, setelah hancur terurainya badan jasmani, akan terlahir kembali di antara para Dewa Nimmānarati. Inilah, oh para bhikkhu, yang tersirat dalam ungkapan ‘bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya’.
Oh para bhikkhu, 1600 tahun alam manusia setara dengan sehari semalam para Dewa Paranimmitavasavatti. Tiga puluh ‘malam’ demikian adalah sebulan. Dua belas ‘bulan’ demikian adalah satu tahun. Usia para Dewa Paranimmitavasavatti adalah 16000 ‘tahun’ surgawi demikian. Bisa jadi, oh para bhikkhu, ada pria atau wanita tertentu, berkat mengamalkan uposatha berunsur delapan, sesudah meninggal dunia, setelah hancur terurainya badan jasmani, akan terlahir kembali di antara para Dewa Paranimmitavasavatti. Inilah, oh para bhikkhu, yang tersirat dalam ungkapan ‘bila dibandingkan dengan kebahagiaan surgawi, takhta manusia sungguh tiada nilainya’.”
Tidak membunuh, tidak mencuri,
Tidak berbohong pun bukan peminum;
Menghindari percabulan dan hidup tak suci,
Tidak santap malam, di waktu yang salah.

Tak mengenakan kalung bunga dan wewangian,
Tidur di ranjang (kecil), beralas bumi atau tikar;
Inilah yang dikatakan uposatha berunsur delapan,
Pelebur dukkha, dibabarkan Buddha.

Bak mentari dan rembulan nan elok,
Bercahaya cermelang memancar jauh;
Mengusir kegelapan di angkasa raya,
Menyinari langit menerangi penjuru.

Di antara harta benda di sini,
Mutiara, permata, lapis-lazuli,
Serta emas tanduk atau kencana nan bernilai,
Yang dikatakan dipindahkan dalam wujud alamiah;

Dibandingkan dengan uposatha berunsur delapan,
Seperenam belas pun tak sampai.
Bak sinar rembulan dengan semua cahaya bintang.

Oleh karena itu, hai pria dan wanita nan berbudi,
Setelah mengamalkan uposatha berunsur delapan,
Kebajikan yang mendatangkan kebahagiaan,
Dengan tiada cacat, surgalah yang kalian raih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar