Oleh : Tanhadi
Dari kemelekatan timbul kesedihan,
dari kemelekatan timbul ketakutan;
bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan,
tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
dari kemelekatan timbul ketakutan;
bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan,
tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
(Dhammapada 214)
Bagi kita yang masih ingin membangun sebuah bahtera rumah tangga, harus
diakui bahwa sangatlah sulit untuk melepas kemelekatan ini..., karena
banyak kewajiban –kewajiban dan tanggung jawab yang menanti dihadapan
anda antara lain: - Mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, papan dan kesejahteraan lain-lain bagi anak , isteri dan dirinya
sendiri.
Lalu apakah semua umat Buddhis harus hidup men-“Jomblo”? , tentu saja tidak demikian pengertiannya !, karena hidup adalah pilihan..., setelah menetapkan sebuah pilihan.. berjuanglah dengan sungguh-sungguh dengan tetap memelihara perbuatan-perbuatan kebajikan yang dilakukan oleh jasmani , ucapan dan pikiran. Sedangkan yang jelek-jelek “di peti kemaskan saja !”.
Keterlibatan batin dan jasmani , senantiasa seiring dengan keinginan-keinginan yang semakin tumbuh dan berkembang dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda, dan inilah kenyataan hidup kita saat ini, mengapa harus dipungkiri, mengapa pula harus dihindari? Hadapi saja-lah......karena menghindar adalah bersifat sementara yang semu adanya, ia sewaktu-waktu akan muncul lagi bila situasi dan kondisinya tepat.
Kita tidak perlu munafik dan bersembunyi di balik Buddha Dhamma dengan memutar balikkan fakta kehidupan kita saat ini, Buddha Dhamma hanyalah sebagai " Penunjuk Jalan" menuju kesempurnaan hidup yang hakiki.., kita-lah sang pelaku kehidupan ini .
Disadari atau tidak disadari sesungguhnya Fakta hidup dan kehidupan kita sebagai umat awam ini telah banyak "melenceng" dan melanggar Dhamma dan Vinaya-Nya. Ya sudahlah...., yang terpenting adalah ; kita telah menyadari bahwasanya kita sebagai umat awam masih belum dapat menerapkan seluruh Ajaran-ajaran Mulia dari Sang Buddha ini, Namun paling tidak, kita telah mengerti dan memahami inti Ajaran Agung Sang Buddha dan kita telah berupaya keras, tulus dan bersungguh-sungguh melaksanakannya untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi disetiap langkah perbuatan yang dilakukan oleh jasmani , pikiran dan ucapan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Bantulah diri anda sendiri untuk melakukan “Pengamatan , Menyadari dan Waspada sepenuhnya bahwasanya segala sesuatu yang terkondisi pasti mengalami perubahan dan tidak kekal adanya ".
Sehingga didalam Pikiran kita akan selalu tertanam pengertian bahwa;
• Apapun yang kita miliki, suatu saat nanti akan berubah menjadi bukan milik kita lagi.
• Apapun dan siapapun yang pernah datang, ia pasti akan pergi lagi.
• Apapun bentuk sebuah Cinta-kasih yang telah kita berikan, berikanlah tanpa berharap sebuah balasan darinya. Oleh karenanya :
Raihlah sesuatu itu bila layak untuk diraih berdasarkan ‘Kebutuhan’ dan bukan berdasarkan pada ‘Keinginan’. Dan lepaskanlah keterikatan batin terhadap sesuatu itu bila kita telah mendapatkannya. Kita Tidak perlu banyak berpikir bagaimana ‘cara’ untuk melepaskannya, karena semakin banyak mempelajari ‘Tips & Trick’ untuk melepaskan diri dari keterikatan tersebut- justeru akan membuat pikiran menjadi ruwet dan dipenuhi kebimbangan , cukup amati dengan kewaspadaan dan sadarilah bahwa hidup dan segala sesuatunya ini hanyalah sementara dan semua fenomena dalam kehidupan ini senantiasa mengalami perubahan-perubahan.
Sang Buddha pernah menjelaskan tentang Delapan kondisi dunia (Atthalokadhamma) kepada para bhikkhu, sebagai berikut :
"Tetapi, O para bhikkhu, ketika seorang siswa mulia yang belajar , memperoleh sesuatu, dia akan berpikir seperti ini: "Perolehan yang telah datang padaku ini tidak kekal, menyatu dengan penderitaan, pasti akan berubah."
Dan dia juga akan berpikir seperti itu ketika kehilangan dan hal-hal lain menimpanya.
Dia memahami semua hal ini seperti apa adanya dan hal-hal ini tidak menguasai pikirannya. Dengan demikian dia tidak akan amat sangat gembira karena perolehan atau amat sangat sedih karena kehilangan, amat sangat gembira karena ketenaran atau amat sangat sedih karena nama buruk; amat sangat gembira karena pujian atau amat sangat sedih karena celaan; amat sangat gembira karena kesenangan atau amat sangat sedih karena penderitaan.
Karena telah melepaskan suka dan tak-suka, dia akan terbebas dari kelahiran, usia tua dan kematian, dari kesedihan, ratap tangis, kesengsaraan, duka dan keputusasaan; dia akan terbebas dari penderitaan, demikian kunyatakan.
(Cuplikan dari Anguttara Nikāya VIII:6)
Lalu apakah semua umat Buddhis harus hidup men-“Jomblo”? , tentu saja tidak demikian pengertiannya !, karena hidup adalah pilihan..., setelah menetapkan sebuah pilihan.. berjuanglah dengan sungguh-sungguh dengan tetap memelihara perbuatan-perbuatan kebajikan yang dilakukan oleh jasmani , ucapan dan pikiran. Sedangkan yang jelek-jelek “di peti kemaskan saja !”.
Keterlibatan batin dan jasmani , senantiasa seiring dengan keinginan-keinginan yang semakin tumbuh dan berkembang dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda, dan inilah kenyataan hidup kita saat ini, mengapa harus dipungkiri, mengapa pula harus dihindari? Hadapi saja-lah......karena menghindar adalah bersifat sementara yang semu adanya, ia sewaktu-waktu akan muncul lagi bila situasi dan kondisinya tepat.
Kita tidak perlu munafik dan bersembunyi di balik Buddha Dhamma dengan memutar balikkan fakta kehidupan kita saat ini, Buddha Dhamma hanyalah sebagai " Penunjuk Jalan" menuju kesempurnaan hidup yang hakiki.., kita-lah sang pelaku kehidupan ini .
Disadari atau tidak disadari sesungguhnya Fakta hidup dan kehidupan kita sebagai umat awam ini telah banyak "melenceng" dan melanggar Dhamma dan Vinaya-Nya. Ya sudahlah...., yang terpenting adalah ; kita telah menyadari bahwasanya kita sebagai umat awam masih belum dapat menerapkan seluruh Ajaran-ajaran Mulia dari Sang Buddha ini, Namun paling tidak, kita telah mengerti dan memahami inti Ajaran Agung Sang Buddha dan kita telah berupaya keras, tulus dan bersungguh-sungguh melaksanakannya untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi disetiap langkah perbuatan yang dilakukan oleh jasmani , pikiran dan ucapan kita dalam kehidupan sehari-hari.
Bantulah diri anda sendiri untuk melakukan “Pengamatan , Menyadari dan Waspada sepenuhnya bahwasanya segala sesuatu yang terkondisi pasti mengalami perubahan dan tidak kekal adanya ".
Sehingga didalam Pikiran kita akan selalu tertanam pengertian bahwa;
• Apapun yang kita miliki, suatu saat nanti akan berubah menjadi bukan milik kita lagi.
• Apapun dan siapapun yang pernah datang, ia pasti akan pergi lagi.
• Apapun bentuk sebuah Cinta-kasih yang telah kita berikan, berikanlah tanpa berharap sebuah balasan darinya. Oleh karenanya :
Raihlah sesuatu itu bila layak untuk diraih berdasarkan ‘Kebutuhan’ dan bukan berdasarkan pada ‘Keinginan’. Dan lepaskanlah keterikatan batin terhadap sesuatu itu bila kita telah mendapatkannya. Kita Tidak perlu banyak berpikir bagaimana ‘cara’ untuk melepaskannya, karena semakin banyak mempelajari ‘Tips & Trick’ untuk melepaskan diri dari keterikatan tersebut- justeru akan membuat pikiran menjadi ruwet dan dipenuhi kebimbangan , cukup amati dengan kewaspadaan dan sadarilah bahwa hidup dan segala sesuatunya ini hanyalah sementara dan semua fenomena dalam kehidupan ini senantiasa mengalami perubahan-perubahan.
Sang Buddha pernah menjelaskan tentang Delapan kondisi dunia (Atthalokadhamma) kepada para bhikkhu, sebagai berikut :
"Tetapi, O para bhikkhu, ketika seorang siswa mulia yang belajar , memperoleh sesuatu, dia akan berpikir seperti ini: "Perolehan yang telah datang padaku ini tidak kekal, menyatu dengan penderitaan, pasti akan berubah."
Dan dia juga akan berpikir seperti itu ketika kehilangan dan hal-hal lain menimpanya.
Dia memahami semua hal ini seperti apa adanya dan hal-hal ini tidak menguasai pikirannya. Dengan demikian dia tidak akan amat sangat gembira karena perolehan atau amat sangat sedih karena kehilangan, amat sangat gembira karena ketenaran atau amat sangat sedih karena nama buruk; amat sangat gembira karena pujian atau amat sangat sedih karena celaan; amat sangat gembira karena kesenangan atau amat sangat sedih karena penderitaan.
Karena telah melepaskan suka dan tak-suka, dia akan terbebas dari kelahiran, usia tua dan kematian, dari kesedihan, ratap tangis, kesengsaraan, duka dan keputusasaan; dia akan terbebas dari penderitaan, demikian kunyatakan.
(Cuplikan dari Anguttara Nikāya VIII:6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar