BĀHIYA-JĀTAKA
Sumber : Indonesia Tipitaka Center
“Belajarlah engkau dengan tepat,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika Beliau menetap di Kūṭāgārasālā 192
di Weluwana (Veḷuvana) dekat Vesāli, mengenai seorang Licchavi, seorang
pangeran alim yang memeluk keyakinan ini. Ia mengundang Sanggha dengan
Sang Buddha sebagai guru mereka ke rumahnya, dan di sana ia memberikan
persembahan yang berlimpah pada mereka. Dan istrinya merupakan seorang
wanita yang sangat gemuk dengan rupa yang membengkak, serta selera
berpakaian yang jelek.
Berterima kasih atas persembahannya, Sang Guru kembali ke wihara dan
setelah memberikan khotbah kepada para bhikkhu, Beliau masuk ke dalam
kamarnya yang wangi.
Berkumpul bersama di Balai Kebenaran, para bhikkhu menunjukkan
keterkejutan mereka bahwa seseorang seperti Pangeran Licchavi bisa
mendapatkan seorang wanita gemuk dengan selera berpakaian yang buruk
untuk menjadi istrinya, dan begitu mencintai wanita tersebut. Masuk ke
Balai Kebenaran dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, Sang
Guru berkata, “Para Bhikkhu, seperti sekarang ini, demikian juga di
kelahiran sebelumnya, ia mencintai wanita gemuk itu.” Kemudian, atas
permohonan mereka, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.
____________________
[421] Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,
Bodhisatta terlahir kembali sebagai salah seorang anggota istana. Dan
seorang wanita desa yang gemuk dengan selera berpakaian yang jelek, dan
bekerja untuk mendapatkan upah, sedang lewat di dekat halaman istana,
ketika kebutuhan yang mendesak datang padanya. Berjongkok dengan
pakaiannya terkumpul secara sopan mengelilingi dirinya, ia menyelesaikan
kebutuhannya itu, dan menanamnya dalam sekejab mata.
Pada saat yang sama, raja melihat keluar ke arah halaman istana
melalui sebuah jendela, dan melihat kejadian itu. Ia berpikir, “Seorang
wanita yang bisa mengatur hal demikian dengan begitu sopan pasti
mempunyai kesehatan yang baik. Rumahnya pasti bersih; dan seorang anak
yang lahir dalam sebuah rumah yang bersih, pasti akan tumbuh besar
dengan sifat pembersih dan juga baik. Saya akan menjadikannya pendamping
saya.” Karenanya, raja mula-mula memastikan sendiri bahwa wanita itu
bukan milik pasangan orang lain, kemudian mengundangnya menghadap dan
menjadikannya sebagai ratu. Dan wanita itu, menjadi orang yang sangat
dekat dan sangat disayangi olehnya. Tak lama kemudian, seorang pangeran
lahir, dan pangeran inilah yang menjadi raja yang menguasai dunia.
Melihat keberuntungan wanita itu, Bodhisatta mengambil kesempatan
untuk berbicara dengan raja, “Paduka, mengapa perhatian tidak diberikan
kepada yang memenuhi pandangan dengan keadaan yang semestinya, namun
wanita yang hebat ini dengan kerendahan hati dan kesopanannya sewaktu
membuang kotoran malah mendapatkan perhatian Paduka dan memperoleh
keberuntungan setinggi ini?” Ia melanjutkan dengan mengucapkan syair
berikut ini : —
Belajarlah engkau dengan tepat,
para Penduduk yang keras kepala ;
Orang kampung telah menyenangkan raja
melalui kesopanannya.
Demikianlah makhluk yang agung itu memuji kebaikan mereka yang mencurahkan diri untuk mempelajari kesopanan dengan sepantasnya.
____________________
[422] Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru menjelaskan
kelahiran tersebut dengan berkata, “Suami istri di masa ini adalah suami
istri di masa itu, dan Saya adalah anggota istana yang bijaksana
tersebut.”
Catatan kaki :
192 Sebuah balai (ruangan) di Mahāvana. Lihat keterangan
selengkapnya di Dictionary of Pali Proper Name, hal. 659. Arti harfiah
dari kūṭāgāra adalah bangunan beratap runcing, bangunan bermenara,
bangunan bertingkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar