Hawking, Buddha
dan Tuhan
Oleh Willy Liu
Awal September, dunia khususnya kalangan agamawan
dikejutkan dengan pernyataan Stephen Hawking mengenai alam semesta. Harian The Telegraph, melaporkan bahwa,
“Stephen Hawking telah menyatakan bahwa Tuhan
bukan pencipta alam semesta.” Pernyataan Stephen Hawking tersebut menuai banyak
dukungan sekaligua kecaman dari berbagai pihak.
Stephen Hawking
dan Gagasannya
Menurut
Wikipedia, Hawking bernama lengkap Stephen William Hawking adalah seorang ilmuwan fisika teoretis. Ia adalah seorang profesor Lucasian dalam
bidang matematika
di Universitas Cambridge dan anggota dari Gonville and
Caius College, Cambridge. Ia dikenal akan sumbangannya di bidang
fisika
kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam,
dan radiasi Hawking. Meskipun
mengalami tetraplegia (kelumpuhan)
karena sklerosis lateral amiotrofik, karier
ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan
penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan
teoretikus fisika yang termasyhur di dunia.
Boleh
dikatakan bahwa Hawking merupakan salah satu ilmuwan paling jenius yang masih
ada saat ini. Ciri khas ilmuwan ini adalah duduk di kursi roda dan dengan
kepala miring karena penyakitnya. Karena salah satu ilmuwan terhebat saat ini,
tentu pernyataannya tidak bisa dianggap angin lalu. Ia mewakili dunia sains
yang sejak Galileo pada sekitar abad ke-16 telah bertentangan dengan agama yang
mempercayai Tuhan secara personal.
Pada buku
sebelumnya yang sangat terkenal dan laris manis, A Brief History of Time, ada pernyataan yang dianggap oleh pembaca
bahwa Hawking masih memberikan kemungkinan bahwa alam semesta diciptakan Tuhan.
Namun, di buku terbarunya, The Grand
Design, Hawking akhirnya menyatakan pandangannya dengan tegas bahwa "Karena
adanya hukum seperti gravitasi, tata surya dapat dan akan membentuk dirinya
sendiri. Penciptaan spontan adalah alasannya mengapa sekarang ada 'sesuatu' dan
bukannya kehampaan, mengapa alam semesta ada dan kita ada. Tidak perlu memohon
kepada Tuhan untuk memulai segalanya dan menggerakan alam semesta."
Menurut Hawking, alam semesta muncul dari gravitasi.
Ruang dan waktu juga muncul dari gravitasi. Tidak ada istilah “sebelumnya”
karena waktu pun belum muncul. Waktu muncul ketika terbentuknya alam semesta.
Begitu pula dengan ruang. Tidak ada istilah “diluar” ruangan karena ruang
sendiri baru muncul ketika terbentuknya alam semesta.
Makna yang ingin disampaikan oleh Hawking adalah bahwa
alam semesta muncul sesuai dengan Hukum Alam dan tidak perlu peran Tuhan di
dalamnya. Pun, secara tidak langsung jelas ia mempunyai gagasan bahwa kehidupan
manusia tidak diciptakan oleh Tuhan apalagi mengatur kehidupan manusia.
Tuhan dan Sains
Dapat dikatakan hampir semua agama mempunyai gagasan
mengenai Tuhan. Namun, perlu diketahui bahwa makna Tuhan dalam beberapa agama
ternyata sedikit berbeda dengan agama lainnya. Secara umum Tuhan diartikan
sebagai suatu sosok yang lebih tinggi dari manusia yang menciptakan dan
mengatur kehidupan alam beserta isinya. Kematian contohnya dikatakan oleh
kalangan agamawan yang mempercayai konsep tuhan merupakan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pencipta tersebut.
Ilmu pengetahuan tidak pernah membicarakan tentang tuhan
karena ilmu pengetahuan menjelaskan bagaimana suatu kejadian muncul. Akan
tetapi, para ilmuwan jelas menganggap bahwa kejadian-kejadian alam ada
sebabnya. Begitu pula dengan berbagai fenomena yang terjadi di sekitar
masyarakat. Apabila ilmuwan menganggap segala fenomena telah ditentukan oleh
Tuhan, maka ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Disinilah tahap ketika
ilmuwan memaksa para agamawan mengubah cara pandang mereka terhadap konsep
tuhan dan membuat konsep tuhan mengalami evolusi dari cara pandangnya.
Cara Pandang
Buddha
Melalui Sutta, berkali-kali Buddha mengatakan bahwa tidak
ada gunanya dan tidak akan ada habisnya memperdebatkan asal muasal alam semesta.
Namun, bukan berarti Buddha bungkam seribu bahasa mengenai topik tersebut.
Mungkin Buddha sudah bisa mengetahui secara langsung dan ketika akan dijelaskan,
pikiran-pikiran yang tidak tercerahkan pendengarnya akan mendistorsikan makna
yang disampaikan. Buddha mengatakan bahwa ketika mencapai pencerahan, segala
sesuatunya akan menjadi jelas karena “melihatnya” secara langsung.
Beberapa sutta menjelaskan asal mula kehidupan menurut
Buddhis dan jelas mengindikasikan bahwa ada suatu proses terbentuknya makhluk
hidup. Proses tersebut yang saat ini secara sains disebut evolusi. Disini telah
tampak kesejajaran antara pemikiran Buddha dengan pemikiran sains saat ini.
Untuk masalah tuhan, Buddha mempunyai pandangan yang
sangat bijak. Pengertian Tuhan sebagai pencipta jelas ditolak oleh Buddha.
Apalagi Tuhan sebagai pengatur alam semesta beserta isinya. Akal sehat kita pun
akan sepakat dengan Buddha. Jelas kita mempunyai kehendak bebas dan pikiran
masing-masing. Setiap kejadian ada sebab dan ada akibat. Ini sangat logis dan
dapat diterima akal sehat. Inilah yang dikatak Buddha sebagai Hukum Karma,
Hukum Sebab-Akibat. Hukum Karma menjelaskan segala sesuatunya menjadi lebih
jelas dan dapat diterima kehidupan modern saat ini.
Lalu adakah konsep Tuhan dalam Buddhis? Jawabannya adalah
tidak ada. Namun, dalam Buddhis ada konsep ketuhanan. Beda tuhan dengan
ketuhanan adalah tuhan bersifat personal atau ada suatu sosok sedangkan
ketuhanan hanyalah suatu sifat. Buddha jelas-jelas menolak suatu Tuhan personal
yang mencipta apalagi pengatur.
Konsep ketuhanan dalam Buddhis haruslah sejalan dengan
ajaran Buddha. Ada tiga gagasan yang dapat dikatakan sebagai ketuhanan dalam
Buddhis, yaitu:
1.
Sebagai sifat-sifat Luhur tanpa batas atau Brahmawihara
Ketuhanan dalam pengertian ini berupa sifat-sifat luhur tanpa batas, tanpa
egoistik yang meliputi cinta kasih universal (metta), belas kasih tanpa batas (karuna),
2.
Kemutlakkan dan tidak terjangkau pikiran atau Nibbana
Ketuhanan dalam pengertian ini adalah tidak terjangkau pikiran, bersifat
mutlak.
3.
Hukum Alam atau Niyama
Pengertian ketuhanan ini meliputi Hukum Alam itu sendiri yaitu Utu Niyama
(Hukum Fisika), Bija Niyama (Hukum Biologi), Citta Niyama (Hukum Psikis), Kamma
Niyama (Hukum Sebab-Akibat), Dhamma Niyama (Hukum diluar ke-4 hukum tersebut)
Perlu dipahami bahwa ketuhanan dalam Buddhis tidaklah
mengatur kehidupan manusia, tidak pula menentukan segala yang terjadi pada
manusia. Setiap manusia berkehendak bebas dan kehendak tersebut akan berakibat
sesuai dengan kehendaknya. Apabila kehendak/niat seseorang buruk dan terwujud
melalui ucapan, pikiran atau perbuatan, maka pasti akibatnya akan buruk yang
akan diterima oleh orang tersebut, cepat atau lambat.
Kesimpulan
Hawking lahir sekitar 2500 tahun setelah Buddha, namun
gagasan Buddha dan Hawking sejalan. Dua-duanya menolak Tuhan personal. Hawking
jelas mengatakan bahwa kalaupun ia percaya tuhan, Hukum Alam adalah tuhannya
dan manusia mempunyai kehendak bebas tanpa campur tangan Hukum Alam. Jadi,
jelas bahwa Hawking dan ilmu pengetahuan semakin membuktikan kebijaksanaan
Buddha 25 abad lampau.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Stephen_Hawking
Tidak ada komentar:
Posting Komentar