Kamis, 13 Juni 2013

Konsep Ke-Tuhan-an Pada Buddhisme Vs Teori Stephen Hawking

Beberapa waktu lalu ada topik yang mendunia yang mungkin sampai artikel diterbitkan berlum berhenti mengundang reaksi umat manusia, yaitu Professor tenar Stephen Hawking mengajukan pendapat bahwa Tuhan tidak terlibat dalam penciptaan dunia. Tak ayal lagi, semua berekasi menurut pandangannya masing-masing, tak terkecuali, para pemuka agama.
Uniknya, hampir tidak terdengar reaksi yang berlebihan dari Kalangan Buddhist. Apakah karena jumlah Umat Buddha relatif cenderung lebih sedikit? Atau karena apa? Penjelasannya bisa kita lihat di sini.

Berikut adalah petikan dari Sutta Pitaka, Udana VIII : 3
” Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.”

Dari penggalan tersebut bisa disimpulkan bahwa Buddha Gotama mengajukan gagasan Ke-Tuhan-an non-persona, di mana:
1. Tidak ada penggambaran sosok Tuhan.
Buddha Gotama sendiri pernah berkata bahwa saya tidak pernah bertemu dengan Tuhan
yang bersosok sehingga tidak bisa menggambarkan wujud Tuhan seperti apa, sampai-sampai namapun tidak diketahui. Tapi tidak pernah bertemu BUKAN berarti Tuhan tidak ada.
2. Tidak ada penjelasan tentang fungsi Tuhan.
Dalam penciptaan alam semesta yang dijelaskan Buddha Gotama, terlihat lengkapnya dan bereaksinya berbagai macam faktor yang mengakibatkan terciptanya bumi dan mahluk-mahluk. Buddha Gotama juga menjelaskan adanya 5 Niyama (hukum berlaku universal) yang menjalankan semesta. Dengan demikian, dalam Ajaran Buddha tidak dikenal Tuhan pencipta.
Bagaimana dengan sifat “Yang Maha Kuasa”? Juga tidak dikenal. Saya ambil contoh : orang-orang yang selamat dari bencana dahsyat. Karena benih karma buruk mereka yang terdahulu matang, mereka mendapatkan bencana dan karena benih karma baik yang pernah diperbuatnya matang hampir di saat bersamaan yang membuat mereka tetap selamat.
Contoh berikut adalah pertolongan yang datang di saat kesusahan tanpa diprediksi sebelumnya. Benih karma baik yang pernah diperbuat matang tepat setelah bencana terjadi dalam wujud perolongan yang tidak disangka-sangka.
Sering diucapkan bahwa ‘cara kerja Tuhan adalah sangat misterius’. Sifat misterius ini dalam pemahaman Buddhis adalah penggambaran cara kerja Kamma Niyama (salah satu dari 5 Niyama). Contohnya adalah mujizat dalam bentuk kesembuhan. Matangnya benih karma buruk mereka yang pernah diperbuat menyebabkan seseorang sakit parah tapi matangnya benih karma baik memungkinkan kesembuhannya.
Sifat Ke-Tuhan-an pada Ajaran Buddha juga tidak mengenal sifat pengatur. 5 Niyama bekerja dengan sendirinya tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun.
Ini adalah sedikit dari tidak adanya sifat-sifat Tuhan Persona pada Ke-Tuhan-an di Ajaran Buddhis.
Konsep Ke-Tuhan-an pada Ajaran Buddha adalah tujuan akhir satu-satunya semua Umat Buddha yaitu Nibbana. Dengan kata lain, karakter Ke-tuhan-an yang dikenal di Ajaran Buddha adalah Maha Esa, Maha Suci dan Maha Mutlak, bukan berikut dengan sifat ‘Maha yang lainnya’
Pada kesempatan ini juga ada hal yang harus diluruskan bahwa Buddha Gotama BUKAN Tuhan.

Kembali ke topik, Teori Hawking sejalan dengan konsep yang diajarkan Boddha Gotama. Ini membuktikan 2 hal: bahwa Buddha Gotama 2500 tahun yang lalu sudah lebih dulu menyadari konsep ini dan bahwa Ajaran Buddha (Dhamma) bisa dibuktikan (ehipassiko) dan menunggu untuk dibuktikan.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar