Selama ini meditasi sering dibayangkan sebagai kegiatan duduk diam
dalam posisi bersila dengan mata terpejam selama waktu
tertentu. Karena itu pasti banyak dari Anda yang akan
bertanya-tanya, apa mungkin menjadikan meditasi sebagai gaya
hidup? Sedangkan berlatih meditasi sejam sehari saja, bagi
sebagian besar orang sulit untuk dilakukan. Jadi bagaimana
mungkin menjadikannya sebagai bagian dari kegiatan kita sehari-hari?
Ternyata, meditasi tidak harus selalu begitu. Cara dan konsepnya bisa
saja berbeda-beda sesuai dengan aliran yang dianut
seseorang. Menurut Rahayu Ratnaningsih atau biasa dipanggil
Ayu dari The Satori Foundation, yayasan yang bergerak dalam
bidang pengembangan potensi holistik manusia, dalam bukunya
yang berjudul “Happiness Made Simple’; melakukan
meditasi Vipassana tidak selalu harus dilakukan dengan posisi duduk
tetapi bisa saja dilakukan pada saat melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari, sepanjang kegiatan tersebut tidak memerlukan
proses berpikir intensif seperti mengerjakan hal-hal rutin di
kantor, mengemudi, membersihkan rumah, bahkan sembari minum
teh. Jadi ternyata mungkin saja menjadikan meditasi sebagai
gaya hidup.
Masalahnya, sedemikian pentingkah meditasi itu sehingga perlu kita jadikan sebagai bagian dari gaya hidup?
Bisa memperbaiki mood
Masih menurut Ayu; baru-baru ini media di seluruh dunia membeberkan
penemuan tantastis ilmuwan di Amerika Serikat yang
mengkonfirmasikan bahwa sesungguhnya penganut agama Budha
yang bermeditasi lebih berbahagia dan lebih tenang daripada
orang-orang lain.
Penelitian yang dilakukan di Amerika tersebut mengungkapkan bahwa
wilayah-wilayah otak mereka terkait dengan suasana hati yang
nyaman (good mood) dan perasaan-perasaan positif yang lebih
aktif. Temuan-temuan ini mengemuka, sementara suatu
penelitian lain mengisyaratkan bahwa meditasi Buddhis dapat
membantu orang menjadi lebih tenang.
Para peneliti di San Francisco Medical Centre, University of
California, juga telah menemukan bahwa praktik meditasi ini
dapat menjinakkan amigdala, yakni suatu wilayah otak yang
merupakan pusat ingatan rasa takut. Mereka menemukan bahwa
Budhis yang bersungguh-sungguh, yang bermeditasi secara
teratur, lebih kecil kemungkinannya mengalami syok, putus asa, kaget,
atau marah, dibandingkan orang lain.
Dalam sebuah penelitian terpisah, para ilmuwan di University of
Wisconsin di Madison menggunakan teknik sanning baru untuk
menyelidiki aktivitas otak sekelompok Budhis. Penelitian
mereka mengungkapkan bahwa kegiatan prefrontal lobes (bagian
otak~sebelah kiri) dari para pelaku meditasi Budhis yang
berpengalaman ini menjadi lebih aktif.
Wilayah otak sebelah kiri tersebut terkait dengan emosi positif,
pengendalian diri, dan temperamen. Wilayah otak para Buddhis
ini ternyata terus-menerus menyala, bukan hanya pada waktu
meditasi saja. Menurut para ilmuwan, hal itu mengisyaratkan
bahwa orang-orang ini lebih mungkin mengalami emosi positif
dan berada dalam suasana hati yang baik. Meditasi dapat
diumpamakan sebuah eksperimen yang dilakukan di laboratorium, jadi yang
diperlukan di sini bukan kepercayaan atau keimanan melainkan
keterbukaan batin untuk menginvestigasi dan mengamati.
Jadi kalau Anda ingin selalu dalam suasana hati yang positif, damai,
tenang, dan bahagia, inilah tekniknya. Tapi kapan dan
bagaimana cara.mempraktikannya?
Bisa dilakukan kapan saja
Teknik meditasi Vipassana yang diuraikan Ayu dalam bukunya tersebut dapat diartikan secara kaku maupun lentur. Secara kaku maksudnya adalah yang dilakukan sebagaimana orang bermeditasi, yaitu duduk bersila dengan mata terpejam atau berjalan dan memperhatikan langkah
kaki (Dalam boks dapat Anda baca pengalaman Yudi Widyantoro bermeditasi Vipassana selama 1 1 hari). Lentur dalam arti bahwa prinsip meditasi ini akan diterapkan secara meluas dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap kegiatan apa pun yang sedang dilakukan.
Teknik meditasi Vipassana yang diuraikan Ayu dalam bukunya tersebut dapat diartikan secara kaku maupun lentur. Secara kaku maksudnya adalah yang dilakukan sebagaimana orang bermeditasi, yaitu duduk bersila dengan mata terpejam atau berjalan dan memperhatikan langkah
kaki (Dalam boks dapat Anda baca pengalaman Yudi Widyantoro bermeditasi Vipassana selama 1 1 hari). Lentur dalam arti bahwa prinsip meditasi ini akan diterapkan secara meluas dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap kegiatan apa pun yang sedang dilakukan.
Menurut Ayu, semakin kita terbiasa dengan perhatian yang melekat dan
terus menerus terhadap segala sesuatu yang berlangsung di
luar dan terutama sekali di dalam diri kita, semakin hal ini
menjadi gaya hidup yang tak terpisahkan. Metode ini adalah
suatu cara untuk mengenal dan mempelajari diri sendiri, untuk
menembus makna yang paling hakiki dari sebuah konsep
keakuan. Kekuatannya untuk menggugah wawasan yang mencerahkan bersifat
membebaskan, oleh karenanya Budha Gautama mengucapkan bahwa
meditasi adalah ‘jalur cepat’ ke arah penerangan sempurna
atau pembebasan dari semua bentuk kebodohan, kekotoran batin,
dan penderitaan.
Sadar adalah kata kuncinya. Berapa banyak dari kita yang hidup di
dunia ini tapi pernah ‘hadir’ pada saat segala sesuatu
berlangsung di sekeliling kita dan bahkan dalam diri kita
sendiri? Karena itu menurut Ayu, apa yang perlu dilakukan
adalah menyadari apa pun yang kita lakukan dan pikirkan. gaya
hidup meditatif semacam ini tentulah tidak tejradi dengan
sendirinya. Diperlukan latihan dan disiplin diri. Kita bebas memilih
postur yang cocok untuk berlatih Vipassana.
Apa yang perlu dilakukan adalah menyadari apa pun yang kita lakukan dan pikirkan
Duduk, berbaring, berjalan, berdiri, bahkan ketika minum teh atau melukis. Yang harus kita lakukan hanyalah mengamati proses pikiran-badan jasmani.
Duduk, berbaring, berjalan, berdiri, bahkan ketika minum teh atau melukis. Yang harus kita lakukan hanyalah mengamati proses pikiran-badan jasmani.
Tentu saja hal itu tidak semudah yang diucapkan tapi juga tak sesulit
yang dibayangkan. Inilah prinsip meditasi ~passana atau
meditasi pandangan terang (mindfulness/insight meditation)
yang diajarkan Budha Gautama dan banyak diterapkan oleh
psikoterapis Barat karena teruji kemanjurannya dalam
memperbaiki kehidupan emosional pasienpasien dengan masalah kejiwaan.
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa mempraktekkan tata cara meditasi
Vipassana ala Ayu, sesuai petunjuk singkat berikut ini:
1. Duduk bersila di lantai dengan punggung tegak dan
kedua tangan ditumpukan di pangkuan Anda di tengah-tengah
atau diletakkan di atas masing- masing lutut. Posisi ini
dapat ditukar dengan berjalan dan selanjutnya bisa Anda
lakukan dalam posisi apa pun (berbaring, berdiri, dsb).
Pasanglah wekker agar berdering setelah 30 menit.
2. Pejamkan mata dan bernapaslah dengan teratur.
Perhatikan keluar masuknya napas Anda atau naik turunnya
perut Anda. Ucapkan dalam hati “… in-out, in-out…”(in ketika
menarik napas, out ketika menghembuskan napas) seiring dengan
keluar masuknya napas.
3. Apabila pikiran bergerak ke objek lain, bawalah
kembali pikiran tersebut ke napas Anda atau pergerakan perut
Anda sambil menyadari proses mental yang baru saja
berlangsung (berpikir, kesal, sedih, bosan, dsb).
4. Apabila piklran berhenti dan yang Anda alami
hanyalah sebuah sensasi kekosongan yang netral, maka ucapkan
dalam hati, ” … netral, netral…”.
5. Cobalah untuk tidak terhanyut dalam kecenderungan
untuk membahas sebuah fenomena sebagaimana merupakan
kecenderungan kita. Kita akan melakukannya, tentu saja, dan
begitu kita tersadar bahwa kita tengah melakukannya, sadari
proses tersebut dan bawa kembali pikiran Anda ke ke proses
pernapasan.
Jadi jelasnya, jika Anda tidak bisa duduk bermeditasi setiap hari, pengamatan ‘telanjang’ terhadap setiap kejadian fisik dan mental sehari-hari dapat terus Anda lakukan. Artinya Anda selalu bisa ber-Vipassana walau tidak sedang duduk bermeditasi. Apa pun yang tengah Anda lakukan pada saat ini adalah merupakan suatu objek pengamatan.
Jadi jelasnya, jika Anda tidak bisa duduk bermeditasi setiap hari, pengamatan ‘telanjang’ terhadap setiap kejadian fisik dan mental sehari-hari dapat terus Anda lakukan. Artinya Anda selalu bisa ber-Vipassana walau tidak sedang duduk bermeditasi. Apa pun yang tengah Anda lakukan pada saat ini adalah merupakan suatu objek pengamatan.
Secara lebih rinci Ayu pun mengajak kita untuk mengalami kegiatan
yaiog sedang kita lakukan dengan penuh kesadaran dan
perhatian. Kalau Anda berjalan, maka Anda menyadari setiap
lan~kah yang Anda ambil, naik turunnya kedua kaki. Apabila
Anda sedang makan, maka Anda makan dengan penuh perhatian
pada setiap proses yang sedang berlangsung, bukann’ya makan
sambil menonton TV atau membaca koran atau dengan pikiran melantur ke
manamana. Makanlah dengan lambat dan nikmati serta rasakan
setiap suapan yang masuk ke mulut Anda.
Sadari ketika tangan Anda menyuap sendok dan ketika sendok menyentuh
mulut Anda dan ketika anda tengah mengunyah dan kemudian
menelan. Catatlah sensasi rasa yang tengah Anda alami: manis,
asam, asin, hambar, pahit. Ini adalah cara makan yang benar.
Dan inilah ber-Vipassana!
Dengan makan secara lambat dan penuh perhatian semacam ini, kita
tidak akan makan secara berlebihan dan kita akan mendapatkan
bahwa makanan yang paling hambar sekalipun sesungguhnya tidak
terlalu jelek untuk dinikmati (bukankah ini artinya
kecerewetan kita akan makanan yang kita konsumsi menjadi
berkurang? Dan artinya Anda memiliki kualitas hidup yang
lebih baik dengan sikap seperti ini?).
Begitu juga kalau Anda tengah mandi, minum teh, bergerak di dalam rumah, mengerjakan sesuatu, membersihkan rumah, mengemudi, bekerja di kantor, dst., perhatian dan kesadaran kita sepenuhnya pada kegiatan tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Ayu dengan menjadikan meditasi sebagai gaya hidup Anda. Rasanya tidak terlalu sulit untuk dipraktikkan bukan? (N)
Begitu juga kalau Anda tengah mandi, minum teh, bergerak di dalam rumah, mengerjakan sesuatu, membersihkan rumah, mengemudi, bekerja di kantor, dst., perhatian dan kesadaran kita sepenuhnya pada kegiatan tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Ayu dengan menjadikan meditasi sebagai gaya hidup Anda. Rasanya tidak terlalu sulit untuk dipraktikkan bukan? (N)
Sumber : Majalah Nirmala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar