Minggu, 09 Juni 2013

Meditasi Vipassana menjadikan meditasi sebagai Gaya Hidup

Selama ini meditasi sering dibayangkan sebagai kegiatan duduk diam dalam posisi bersila dengan mata terpejam selama waktu tertentu. Karena itu pasti banyak dari Anda yang akan bertanya-tanya, apa mungkin menjadikan meditasi sebagai gaya hidup? Sedangkan berlatih meditasi sejam sehari saja, bagi sebagian besar orang sulit untuk dilakukan. Jadi bagaimana mungkin menjadikannya sebagai bagian dari kegiatan kita sehari-hari?
Ternyata, meditasi tidak harus selalu begitu. Cara dan konsepnya bisa saja berbeda-beda sesuai dengan aliran yang dianut seseorang. Menurut Rahayu Ratnaningsih atau biasa dipanggil Ayu dari The Satori Foundation, yayasan yang bergerak dalam bidang pengembangan potensi holistik manusia, dalam bukunya yang berjudul “Happiness Made Simple’; melakukan meditasi Vipassana tidak selalu harus dilakukan dengan posisi duduk tetapi bisa saja dilakukan pada saat melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, sepanjang kegiatan tersebut tidak memerlukan proses berpikir intensif seperti mengerjakan hal-hal rutin di kantor, mengemudi, membersihkan rumah, bahkan sembari minum teh. Jadi ternyata mungkin saja menjadikan meditasi sebagai gaya hidup.
Masalahnya, sedemikian pentingkah meditasi itu sehingga perlu kita jadikan sebagai bagian dari gaya hidup?

Bisa memperbaiki mood
Masih menurut Ayu; baru-baru ini media di seluruh dunia membeberkan penemuan tantastis ilmuwan di Amerika Serikat yang mengkonfirmasikan bahwa sesungguhnya penganut agama Budha yang bermeditasi lebih berbahagia dan lebih tenang daripada orang-orang lain.
Penelitian yang dilakukan di Amerika tersebut mengungkapkan bahwa wilayah-wilayah otak mereka terkait dengan suasana hati yang nyaman (good mood) dan perasaan-perasaan positif yang lebih aktif. Temuan-temuan ini mengemuka, sementara suatu penelitian lain mengisyaratkan bahwa meditasi Buddhis dapat membantu orang menjadi lebih tenang.
Para peneliti di San Francisco Medical Centre, University of California, juga telah menemukan bahwa praktik meditasi ini dapat menjinakkan amigdala, yakni suatu wilayah otak yang merupakan pusat ingatan rasa takut. Mereka menemukan bahwa Budhis yang bersungguh-sungguh, yang bermeditasi secara teratur, lebih kecil kemungkinannya mengalami syok, putus asa, kaget, atau marah, dibandingkan orang lain.
Dalam sebuah penelitian terpisah, para ilmuwan di University of Wisconsin di Madison menggunakan teknik sanning baru untuk menyelidiki aktivitas otak sekelompok Budhis. Penelitian mereka mengungkapkan bahwa kegiatan prefrontal lobes (bagian otak~sebelah kiri) dari para pelaku meditasi Budhis yang berpengalaman ini menjadi lebih aktif.
Wilayah otak sebelah kiri tersebut terkait dengan emosi positif, pengendalian diri, dan temperamen. Wilayah otak para Buddhis ini ternyata terus-menerus menyala, bukan hanya pada waktu meditasi saja. Menurut para ilmuwan, hal itu mengisyaratkan bahwa orang-orang ini lebih mungkin mengalami emosi positif dan berada dalam suasana hati yang baik. Meditasi dapat diumpamakan sebuah eksperimen yang dilakukan di laboratorium, jadi yang diperlukan di sini bukan kepercayaan atau keimanan melainkan keterbukaan batin untuk menginvestigasi dan mengamati.
Jadi kalau Anda ingin selalu dalam suasana hati yang positif, damai, tenang, dan bahagia, inilah tekniknya. Tapi kapan dan bagaimana cara.mempraktikannya?
Bisa dilakukan kapan saja

Teknik meditasi Vipassana yang diuraikan Ayu dalam bukunya tersebut dapat diartikan secara kaku maupun lentur. Secara kaku maksudnya adalah yang dilakukan sebagaimana orang bermeditasi, yaitu duduk bersila dengan mata terpejam atau berjalan dan memperhatikan langkah
kaki (Dalam boks dapat Anda baca pengalaman Yudi Widyantoro bermeditasi Vipassana selama 1 1 hari). Lentur dalam arti bahwa prinsip meditasi ini akan diterapkan secara meluas dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap kegiatan apa pun yang sedang dilakukan.
Menurut Ayu, semakin kita terbiasa dengan perhatian yang melekat dan terus menerus terhadap segala sesuatu yang berlangsung di luar dan terutama sekali di dalam diri kita, semakin hal ini menjadi gaya hidup yang tak terpisahkan. Metode ini adalah suatu cara untuk mengenal dan mempelajari diri sendiri, untuk menembus makna yang paling hakiki dari sebuah konsep keakuan. Kekuatannya untuk menggugah wawasan yang mencerahkan bersifat membebaskan, oleh karenanya Budha Gautama mengucapkan bahwa meditasi adalah ‘jalur cepat’ ke arah penerangan sempurna atau pembebasan dari semua bentuk kebodohan, kekotoran batin, dan penderitaan.
Sadar adalah kata kuncinya. Berapa banyak dari kita yang hidup di dunia ini tapi pernah ‘hadir’ pada saat segala sesuatu berlangsung di sekeliling kita dan bahkan dalam diri kita sendiri? Karena itu menurut Ayu, apa yang perlu dilakukan adalah menyadari apa pun yang kita lakukan dan pikirkan. gaya hidup meditatif semacam ini tentulah tidak tejradi dengan sendirinya. Diperlukan latihan dan disiplin diri. Kita bebas memilih postur yang cocok untuk berlatih Vipassana.
Apa yang perlu dilakukan adalah menyadari apa pun yang kita lakukan dan pikirkan

Duduk, berbaring, berjalan, berdiri, bahkan ketika minum teh atau melukis. Yang harus kita lakukan hanyalah mengamati proses pikiran-badan jasmani.
Tentu saja hal itu tidak semudah yang diucapkan tapi juga tak sesulit yang dibayangkan. Inilah prinsip meditasi ~passana atau meditasi pandangan terang (mindfulness/insight meditation) yang diajarkan Budha Gautama dan banyak diterapkan oleh psikoterapis Barat karena teruji kemanjurannya dalam memperbaiki kehidupan emosional pasienpasien dengan masalah kejiwaan.
Untuk lebih jelasnya, Anda bisa mempraktekkan tata cara meditasi Vipassana ala Ayu, sesuai petunjuk singkat berikut ini:
1. Duduk bersila di lantai dengan punggung tegak dan kedua tangan ditumpukan di pangkuan Anda di tengah-tengah atau diletakkan di atas masing- masing lutut. Posisi ini dapat ditukar dengan berjalan dan selanjutnya bisa Anda lakukan dalam posisi apa pun (berbaring, berdiri, dsb). Pasanglah wekker agar berdering setelah 30 menit.
2. Pejamkan mata dan bernapaslah dengan teratur. Perhatikan keluar masuknya napas Anda atau naik turunnya perut Anda. Ucapkan dalam hati “… in-out, in-out…”(in ketika menarik napas, out ketika menghembuskan napas) seiring dengan keluar masuknya napas.
3. Apabila pikiran bergerak ke objek lain, bawalah kembali pikiran tersebut ke napas Anda atau pergerakan perut Anda sambil menyadari proses mental yang baru saja berlangsung (berpikir, kesal, sedih, bosan, dsb).
4. Apabila piklran berhenti dan yang Anda alami hanyalah sebuah sensasi kekosongan yang netral, maka ucapkan dalam hati, ” … netral, netral…”.
5. Cobalah untuk tidak terhanyut dalam kecenderungan untuk membahas sebuah fenomena sebagaimana merupakan kecenderungan kita. Kita akan melakukannya, tentu saja, dan begitu kita tersadar bahwa kita tengah melakukannya, sadari proses tersebut dan bawa kembali pikiran Anda ke ke proses pernapasan.
Jadi jelasnya, jika Anda tidak bisa duduk bermeditasi setiap hari, pengamatan ‘telanjang’ terhadap setiap kejadian fisik dan mental sehari-hari dapat terus Anda lakukan. Artinya Anda selalu bisa ber-Vipassana walau tidak sedang duduk bermeditasi. Apa pun yang tengah Anda lakukan pada saat ini adalah merupakan suatu objek pengamatan.
Secara lebih rinci Ayu pun mengajak kita untuk mengalami kegiatan yaiog sedang kita lakukan dengan penuh kesadaran dan perhatian. Kalau Anda berjalan, maka Anda menyadari setiap lan~kah yang Anda ambil, naik turunnya kedua kaki. Apabila Anda sedang makan, maka Anda makan dengan penuh perhatian pada setiap proses yang sedang berlangsung, bukann’ya makan sambil menonton TV atau membaca koran atau dengan pikiran melantur ke manamana. Makanlah dengan lambat dan nikmati serta rasakan setiap suapan yang masuk ke mulut Anda.
Sadari ketika tangan Anda menyuap sendok dan ketika sendok menyentuh mulut Anda dan ketika anda tengah mengunyah dan kemudian menelan. Catatlah sensasi rasa yang tengah Anda alami: manis, asam, asin, hambar, pahit. Ini adalah cara makan yang benar. Dan inilah ber-Vipassana!
Dengan makan secara lambat dan penuh perhatian semacam ini, kita tidak akan makan secara berlebihan dan kita akan mendapatkan bahwa makanan yang paling hambar sekalipun sesungguhnya tidak terlalu jelek untuk dinikmati (bukankah ini artinya kecerewetan kita akan makanan yang kita konsumsi menjadi berkurang? Dan artinya Anda memiliki kualitas hidup yang lebih baik dengan sikap seperti ini?).
Begitu juga kalau Anda tengah mandi, minum teh, bergerak di dalam rumah, mengerjakan sesuatu, membersihkan rumah, mengemudi, bekerja di kantor, dst., perhatian dan kesadaran kita sepenuhnya pada kegiatan tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Ayu dengan menjadikan meditasi sebagai gaya hidup Anda. Rasanya tidak terlalu sulit untuk dipraktikkan bukan? (N)
Sumber : Majalah Nirmala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar