Minggu, 09 Juni 2013

Kesehatan Dan Kebahagiaan Melalui Meditasi

Oleh
Yang Mulia Dr. Hammalawa Saddhatissa MA, PhD. D Litt
Saya percaya bahwa meditasi sangat diperlukan dalam kehidupan. Meditasi merupakan praktek yang sangat penting. Bisa kita katakan bahwa manusia terdiri dari batin dan jasmani. Maka jika orang ingin menjalani suatu kehidupan yang sehat secara fisik, ia harus mempraktekkan latihan-latihan fisik dan merawat tubuhnya. Kalau tidak, tubuh akan menjadi lemah. Sejak kecil orang harus sudah mempraktekkan latihan fisik untuk mempertahankan kesehatan yang optimal. Demikian pula dengan pikiran. Sama halnya bahwa orang harus mempraktekkan latihan fisik untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, ia juga harus berlatih meditasi untuk memperoleh pikiran yang sehat. Meditasi berarti pengembangan pikiran. Pikiran itu bersifat seekor kera yang terus-menerus melompat kian kemari dan tidak pernah tinggal diam. Pikiran mengejar persepsi-persepsi indria. Jika kita ingin mengendalikan dan memanfaatkannya, pikiran harus dilatih. Ini penting jika kita menginginkan agar pikiran berguna bagi kita. Untuk menggunakan pikiran, mengontrolnya dan mengonsentrasikannya pada obyek tertentu, pertama yang harus dilakukan adalah berlatih meditasi, misalnya meditasi dengan obyek nafas dan dengan cinta kasih universal.

Untuk memperoleh dan mengembangkan kesadaran mental, ada berbagai macam metode. Salah satunya adalah meditasi. Orang yang ingin mengontrol pikirannya harus mengembangkan sifat-sifat positif. Jika seseorang memiliki sifat egois dan keras kepala, ia harus mengembangkan cinta kasih universal dan toleransi lewat meditasi dengan obyek itu. Untuk mempraktekkan jenis meditasi yang tinggi ini, yang bertujuan mengembangkan sifat-sifat positif, kita harus duduk di tempat yang tenang dan terpisah serta mengembangkan pemikiran yang baik, serta terarah dengan baik. Sebelum melakukan ini ia dapat membaca bacaan yang sesuai, yang dapat membantunya untuk membangkitkan pemikiran-pemikiran positif. Kita harus selalu ingat bahwa jika kita tidak mempersembahkan cinta kasih kita kepada orang lain, kita tidak dapat mengharapkan mereka untuk mengasihi kita.
Kita harus mulai dengan mengarahkan pikiran yang dipenuhi kasih sayang terhadap orang yang paling kita sukai, tetapi bukan yang berlawanan jenis, karena bisa merangsang nafsu indria. Ini adalah fase pertama dalam jenis meditasi cinta kasih. Setelah itu, kita harus mengarahkan pikiran kita untuk orang kedua yang kita sayangi. Kemudian pada tetangga, lalu semakin meluas pada setiap orang yang mungkin kita kenal, dan akhirnya pada semua makhluk di dunia. Demikian juga kita harus mengarahkan pikiran yang penuh cinta kasih kepada musuh-musuh kita. Dengan cara ini kita meningkatkan spritualitas dunia. Kita juga harus mengarahkan pikiran cinta kasih terhadap orang yang tidak waras, yang bodoh dan yang lemah. Dengan kata lain, kita memperluas pikiran cinta kasih itu ke seluruh dunia. Pikiran apa pun yang tidak menyenangkan muncul dalam meditasi cinta kasih ini dapat ditanggulangi sepenuhnya. Beginilah cara bermeditasi dengan obyek kasih sayang universal, dan ini dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada saat bekerja dengan orang lain, dalam aktivitas sehari-hari, jangan sampai kita kehilangan kontrol diri. Justru harus menunjukkan kebaikan hati, karena lewat meditasi kita telah mencoba mengarahkan pikiran kasih sayang terhadap semua makhluk. Dan meditasi ini harus dimasukkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang harus menghindari segala kemarahan, kekerasan dan apatisme. Dengan demikian ia dapat mencapai obyek meditasi yang sebenarnya; ia mempraktekkan esensi meditasi.
Meditasi dalam segala bentuknya memungkinkan kita memperoleh suatu tingkat konsentrasi dan kesatuan pikiran yang lebih tinggi, yang berguna untuk mencapai keadaan-keadaan tertinggi dan tujuan-tujuan tertinggi. Meditasi harus selalu dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian obyek meditasi menjadi jelas wujudnya. Jika seseorang berkonsentrasi untuk tidak marah —dengan memikirkan dan mengembangkan pikirannya sedemikian itu serta memegang kendali atas dirinya —maka setelah kembali dalam masyarakat, ia mampu tetap tenang sepenuhnya. Dengan begitu berarti ia telah benar-benar mempraktekkan meditasi.
Untuk berlatih meditasi, pada awalnya disarankan agar mencari ketenangan. Karena dalam tahap-tahap awal, jika pikiran tidak menemukan lingkungan yang cocok, ia akan sering kali melompat kian kemari. Orang harus menghindari gangguan. Tetapi jika orang yang berlatih itu telah mencapai konsentrasi penuh, maka apa pun yang terjadi dan seberapa pun banyaknya suara yang berada di sekitarnya, pikirannya tidak akan terganggu.
Kesadaran-diri merupakan hal yang sangat penting. Kesadaran-diri ini penting untuk kehidupan, dan ini pun merupakan suatu bentuk meditasi. Jika kita melakukan sesuatu, kita harus melakukannya dengan sadar. Kita harus sadar akan apa yang sedang terjadi dalam diri kita. Dengan mengamati diri, makhluk yang sadar akan mengembangkan pikiran. Ia harus mengembangkan kesadarannya dan sadar akan hal-hal yang paling sepele sekali pun.
Misalnya, sewaktu makan kita harus sadar akan apa yang sedang kita makan, dan sadar bahwa kita telah makan cukup. Jika duduk, kita harus sadar akan bagaimana dan di mana kita sedang duduk. Jika berdiri, kita harus sadar bahwa kita sedang berdiri; juga pada saat bangun tidur kita harus sadar bahwa kita sedang terjaga. Kita harus berusaha untuk membuat kesadaran kita siaga dalam kehidupan sehari-hari. Jika sedang membaca, sadarilah bahwa Anda sedang membaca. Jika sedang menulis, sadarilah bahwa Anda sedang menulis. Orang harus berkonsentrasi pada hal yang sedang dilakukannya. Jangan melakukan beberapa hal sekaligus pada saat yang hampir bersamaan, karena orang tidak dapat tetap penuh perhatian pada beberapa hal sekaligus. Misalnya, seorang yang membaca sambil makan, tidak akan dapat benar-benar memperhatikan aktivitas membaca atau aktivitas makan. Jika kita tetap hanya sekedar sadar akan sesuatu, ingatan akan menjadi jauh lebih aktif.
Meditasi bukan hanya sekedar cara hidup, melainkan merupakan faktor yang mengontrol kehidupan itu sendiri. Orang bermeditasi untuk menemukan suatu tujuan hidup yang berguna.
Ada suatu sarana konsentrasi yang sangat berguna dengan menggunakan pernafasan sebagai penopang pikiran. Kita adalah makhluk hidup, kita belum mati. Untuk mempertahankan kehidupan ini, kita harus bernafas. Jika bukan karena proses itu, kita pasti sudah mati. Tetapi biasanya tidak sadar bahwa kita sedang bernafas. Kita semua bernafas tetapi kita tidak bermeditasi pada nafas. Jelasnya, kita tidak sadar bahwa kita hidup. Kita tidak mengetahui bahwa kita bernafas. Kita hanya tahu bahwa kita berhubungan lewat kata-kata satu sama lain.
Konsentrasi pada helaan nafas merupakan suatu sarana yang sangat bagus untuk memperoleh kesatuan pikiran. Pernafasan merupakan penopang yang amat bagus untuk konsentrasi. Guna mengetahui bahwa kita sedang bernafas, semua kesadaran mental disalurkan ke nafas. Lalu sedikit demi sedikit, melalui beberapa kali latihan, pikiran menjadi tenang dan mencapai suatu tingkat konsentrasi yang tinggi.
Saya ingin menekankan bahwa semua terminologi ini bisa menyesatkan. Banyaknya label telah menimbulkan prasangka yang besar. Yang menyedihkan adalah bahwa manusia ingat pada kata-kata tetapi lupa pada arti sebenarnya dari kata-kata itu. Sebagai contoh, kita kadang-kadang manaruh perhatian yang berlebihan terhadap label-label. Kita tidak boleh menaruh perhatian yang berlebihan pada label. Kita harus menerima bahwa ajaran-ajaran itu adalah untuk semua manusia. Guru-guru besar menginginkan dunia yang lebih baik, dan untuk alasan itulah mereka menawarkan ajaran-Nya kepada semua orang. Itulah keinginan Sang Buddha, Kristus dan semua guru-guru besar. Pengikut-pengikut merekalah yang mengelompokkan diri mereka sebagai Buddhis, Kristen dan sebagainya, tetapi pemrakarsa-pemrakarsa besar itu sebenarnya memulai kotbahnya untuk semua orang.
Saya tekankan lagi bahwa keinginan dasar para guru besar itu adalah untuk membuat dunia menjadi lebih baik, dan bahwa mereka sama sekali tidak tertarik pada label. Setiap orang dapat mengambil manfaat dari ajaran-ajaran itu untuk diri mereka sendiri, seperti: meditasi cinta kasih universal, meditasi pemikiran yang lebih tinggi, dan meditasi pernafasan. Semuanya dapat digunakan oleh semua manusia, bukan hanya oleh umat Buddha saja. Latihan-latihan meditasi ini memungkinkan kontrol atas pikiran dan penanggulangan agresi, kebingungan, keegoisan dan keinginan-keinginan jahat. Semua musuh ini dapat ditanggulangi. Dan orang dapat mengembangkan welas asih dan cinta kasih universal, keramah-tamahan, kedermawanan dan sifat-sifat positif lainnya.
Saya sungguh mendoakan bahwa hal ini dapat dipahami. Orang Kristen yang mana pun, tanpa melabeli diri sendiri, dapat melatih metode-metode meditasi atau yoga ini, untuk manfaat mereka sendiri. Tidak perlu timbul konflik apa pun dengan ritual-ritual mereka sendiri; tidak ada alasan untuk terjadinya konflik. Apa pun label yang Anda tempelkan pada diri sendiri semuanya itu tidak memiliki nilai. Hal yang paling penting adalah melaksanakan latihan meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha, tanpa ada diskriminasi keagamaan apa pun.
Orang dapat mengikuti agamanya sendiri secara baik dan juga melaksanakan praktek meditasi secara sempurna. Yang ingin saya katakan adalah bahwa satu-satunya kegunaan label hanyalah untuk mengisi formulir-formulir birokrasi. Jika kita mengetahui suatu ajaran yang besar, kita harus melupakan semua label. Inilah yang harus kita lakukan saat mempelajari meditasi atau yoga untuk manfaat kita sendiri. Semua agama harus berdampingan secara harmoni karena tujuan para guru agama adalah membuat agar dunia menjadi lebih baik. Inilah tujuan umum yang cenderung mengokohkan sifat-sifat positif. Karena itulah, tanpa diskriminasi, manusia harus membantu dirinya sendiri dengan suatu metode atau praktek keagamaan yang berguna, tanpa peduli dari mana asal agama itu, tanpa perlu adanya suatu perubahan label. Meditasi meningkatkan moral umat manusia. Setiap orang harus bermeditasi dan menggunakan kehidupan mereka untuk memperoleh kebijaksanaan, karena kebijaksanaan membebaskan kita dari semua penderitaan dan rasa sakit yang disebabkan oleh kebodohan batin.
Mungkin “meditasi” bukan istilah yang paling cocok untuk menggambarkan ide tentang apa yang ada di balik agama Buddha. Istilah seperti “kultur mental” atau “pengembangan mental” mungkin lebih cocok untuk menggambarkan tujuan itu. Meditasi Buddhis tidak terpengaruh pada tingkat-tingkat proses pikiran biasa, dan tidak juga ditujukan secara langsung untuk menghentikan pikiran. Tujuan dasarnya adalah untuk memperbaiki penerimaan, menyempurnakan persepsi, dan mengembangkan kesadaran. Melalui penerapan perhatian benar, kebingungan pikiran terhindarkan. Kendali pikiran kita yang kendor dapat dikencangkan, dan indera-indera serta nafsu-nafsu kita yang bagaikan kuda liar dapat dikontrol. Energi mental kita dapat disalurkan sehingga sifatnya dapat meningkat dan menjadi sempurna. Dengan meditasi seperti ini, pikiran dapat dilatih agar sampai pada keadaan perhatian yang menyatu. Perlu dipahami bahwa konsentrasi perhatian ini bukanlah proses penambahan, melainkan proses pengikisan bagi gangguan. Meditasi mengajarkan kepada kita perbedaan yang halus antara berpikir dan memiliki buah-pikir. Orang mencari pengetahuan intuisi, bukan hanya sekedar konstruksi analitis. Pengetahuan dapat muncul dengan spontanitas intuisi, dan hanya dengan susah payah pengetahuan semacam itu dapat diungkapkan dalam pemikiran keseharian. Dalam kotbah Sang Buddha yang disebut Satipattana Sutta (D.II.290-315; M.I.55-63) diberikan empat jenis perenungan: perenungan atas tubuh, perenungan atas sensasi, perenungan atas pikiran, dan perenungan atas keadaan pikiran. Dalam kotbah ini Sang Buddha menjelaskan bahwa perhatian murni adalah satu-satunya jalan untuk membebaskan pikiran dari kekotoran batin (kemarahan, keinginan jahat, ilusi, nafsu keinginan, kedengkian, kebencian, dan sebagainya).
Latihan-latihan fisik yang teratur yang digabungkan dengan latihan mental akan sangat bermanfaat, karena ada hubungan yang erat antara tubuh dan pikiran. Waktu muda, saya sendiri mempraktekkan latihan yoga dan saya selalu merasa senang, walaupun karena sudah tua sekarang saya tidak melakukan praktek itu. Meditasi Buddhis terutama berhubungan dengan pikiran. Pikiran adalah faktor yang paling penting karena jika dijaga agar tetap kuat dan sehat, akan nyata terlihat kekuatannya yang melampaui faktor-faktor lain. Banyak penyakit —kulit, jantung, arteri, sakit kepala, ketegangan syaraf dan sebagainya adalah akibat dari keadaan mental yang tidak sehat. Cukup besar prosentasi (kira-kira 80%) di mana keluhan-keluhan tersebut sebenarnya disebabkan oleh penyakit mental.
Tetapi pikiran harus dilatih dan dikembangkan lewat kerja keras dan usaha yang tetap, teratur dan mantap. Tidak ada jalan pintas. Mengherankan sekali jika dilihat betapa banyak orang yang tidak mengetahui fakta bahwa mereka memiliki pikiran yang dapat dilatih seperti halnya otot dapat dilatih. Lewat ketrampilan-ketrampilan yang cocok pikiran dapat dikembangkan, baik kekuatannya maupun fleksibilitasnya.
Salah satu latihan kesadaran mental yang sangat saya anjurkan adalah latihan kesadaran selama proses pernafasan: pada nafas yang masuk dan nafas yang keluar. Latihan ini tidak hanya memurnikan dan meningkatkan organisme secara keseluruhan, tetapi terutama membawa pada konsentrasi pikiran, menuju kesatuan pikiran. Kita memfokuskan perhatian kita pada satu aktivitas yang biasanya tidak diasadari dan bersifat mekanis. Kita harus berlatih dengan tekun untuk mengamati proses-proses itu dan mengamati isi pikiran: mengamati emosi, nafsu keinginan dan perasaan, serta mengamati tubuh, semuanya sebagaimana adanya sesuai realitas. Kita juga harus terampil mengamati semua tindakan-tindakan kita karena semuanya itu bermula dari pikiran. Melalui teknik-teknik pengamatan ini, faktor-faktor negatif dan positif terungkap. Yang negatif adalah: kemewahan dan sensualitas, kebencian dan kemarahan, kelesuan dan kemalasan, ketegangan dan kegugupan, serta kecemasan dan keraguan. Jika selama meditasi faktor-faktor ini muncul dan mengganggu, kita harus mengatasinya lewat konsentrasi pada faktor-faktor yang positif, yaitu: keramah-tamahan, cinta kasih, pengertian, usaha, ketenangan, kepercayaan diri, kesejahteraan, kebahagiaan dan semangat.
Kebanyakan manusia dewasa ini diserang oleh kecemasan ini atau itu. Sebanarnya merasa cemas adalah suatu kelemahan yang tidak berguna, suatu aktivitas yang sangat negatif, karena kecemasan hampir tidak pernah berhubungan dengan masa kini di mana kita hidup. Kecemasan adalah hal yang tidak penting karena didasarkan pada proyeksi mental ke masa lampau dan masa depan, serta menyiratkan tidak adanya hidup dan konsentrasi pada masa kini. Jika kita memiliki masalah yang dapat kita pecahkan sekarang ini, kita harus segera bekerja keras untuk memecahkannya. Selama usaha, sama sekali kita tidak akan merasa cemas jika kita memusatkan seluruh perhatian pada proses yang membutuhkan perhatian itu. Inilah yang seharusnya kita lakukan.
Sebaliknya, jika kita dihadapkan pada suatu masalah di mana kita tidak dapat melakukan apa pun sekarang, maka karena tidak dapat dihindarkan dan belum dapat dipecahkan, kita harus memusatkan seluruh perhatian kita pada masa kini, pada situasi nyata. Tidak seharusnya kita memproyeksikan pikiran ke sana-sini, atau mengikuti dan terhanyut sepanjang alur-alur pikiran yang tidak memberikan hasil, tidak nyata, dan melemahkan.
Kemungkinan-kemungkinan terapi apa yang dapat kita pertalikan dengan meditasi Buddhis? Meditasi dapat dipraktekkan dengan berhasil jika pikiran dan tubuh sehat. Jika seseorang menderita infeksi atau penyakit, ia harus disembuhkan dahulu. Itu penting.
Adalah salah jika berpikir bahwa penyakit yang serius dapat dengan mudah disembuhkan lewat meditasi. Untuk sakit fisik, orang harus berkonsultasi dengan seorang spesialis. Dan dalam kasus gangguan mental, orang harus berkonsultasi dengan psikiater. Orang harus disembuhkan dahulu, baru kemudian praktek meditasi, dengan jaminan bahwa penyakit itu tidak akan kambuh. Saya sendiri, setelah terserang penyumbatan jantung, stroke, yang terjadi setelah terkena influensa beberapa saat yang lalu, berhasil melewati proses penyembuhan yang dipercepat karena serangkaian pengobatan medis dan meditasi, dan saya bisa sembuh total. Saya yakin bahwa banyak penyakit, seperti yang saya sebutkan di atas, dapat dihindari melalui latihan meditasi yang tekun.
Meditasi membawa kita menuju kegembiraan dan suka cita, menuju keramah-tamahan dan kebenaran, menuju kecantikan serta kesehatan. Meditasi meningkatkan pengendalian yang kuat atas pikiran dan memperbaiki watak. Praktek ini bahkan membantu kita untuk bisa tidur lebih nyenyak, melenyapkan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan serta menggantikannya dengan yang menyenangkan. Mimpi-mimpi buruk, yang negatif sifatnya, terkikis sedikit demi sedikit jika kita meningkatkan sifat meditasi kita. Bila mimpi negatif yang berisi konflik mengganggu kita, siapakah sebenarnya yang kita hadapi? Dengan siapakah kita berdebat? Siapakah yang kita takuti? Kita melarikan diri dari siapa? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat kita tanyakan kepada diri sendiri selama meditasi. Dan akan kita lihat dengan jelas bahwa kita menghadapi dan berdebat dengan aspek-aspek kita sendiri. Kita takut dan melarikan diri dari aspek-aspek itu yang dipersonifikasikan lewat berbagai bayangan mimpi. Kebenaran hal ini begitu sederhana sehingga diabaikan oleh psiko-analisa modern, yang sering mencari penjelasan dari luar untuk masalah-masalah yang muncul, tanpa menyadari bahwa semua pemecahan masalah itu dikendalikan dari alam.
Sedikit demi sedikit, melalui meditasi, kita memperoleh pemahaman yang lebih besar atas diri kita sendiri. Tak pelak lagi, meditasi akan memperluas pemahaman kita.
Sumber :
[ Dikutip dari Pengabdian Tiada Henti, 20 th Abdi Dhamma Sangha Theravada Indonesia. Naskah Asli: Health and Happiness through Meditation - Vesak Sirisara, Sri Saddharmadana Samitiya —Srilangka.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar