Oleh
Yang Mulia Dr. Hammalawa Saddhatissa MA, PhD. D Litt
Yang Mulia Dr. Hammalawa Saddhatissa MA, PhD. D Litt
Saya percaya bahwa meditasi sangat
diperlukan dalam kehidupan. Meditasi merupakan praktek yang sangat
penting. Bisa kita katakan bahwa manusia terdiri dari batin dan jasmani.
Maka jika orang ingin menjalani suatu kehidupan yang sehat secara
fisik, ia harus mempraktekkan latihan-latihan fisik dan merawat
tubuhnya. Kalau tidak, tubuh akan menjadi lemah. Sejak kecil orang harus
sudah mempraktekkan latihan fisik untuk mempertahankan kesehatan yang
optimal. Demikian pula dengan pikiran. Sama halnya bahwa orang harus
mempraktekkan latihan fisik untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, ia
juga harus berlatih meditasi untuk memperoleh pikiran yang sehat.
Meditasi berarti pengembangan pikiran. Pikiran itu bersifat seekor kera
yang terus-menerus melompat kian kemari dan tidak pernah tinggal diam.
Pikiran mengejar persepsi-persepsi indria. Jika kita ingin mengendalikan
dan memanfaatkannya, pikiran harus dilatih. Ini penting jika kita
menginginkan agar pikiran berguna bagi kita. Untuk menggunakan pikiran,
mengontrolnya dan mengonsentrasikannya pada obyek tertentu, pertama yang
harus dilakukan adalah berlatih meditasi, misalnya meditasi dengan
obyek nafas dan dengan cinta kasih universal.
Untuk memperoleh dan mengembangkan
kesadaran mental, ada berbagai macam metode. Salah satunya adalah
meditasi. Orang yang ingin mengontrol pikirannya harus mengembangkan
sifat-sifat positif. Jika seseorang memiliki sifat egois dan keras
kepala, ia harus mengembangkan cinta kasih universal dan toleransi lewat
meditasi dengan obyek itu. Untuk mempraktekkan jenis meditasi yang
tinggi ini, yang bertujuan mengembangkan sifat-sifat positif, kita harus
duduk di tempat yang tenang dan terpisah serta mengembangkan pemikiran
yang baik, serta terarah dengan baik. Sebelum melakukan ini ia dapat
membaca bacaan yang sesuai, yang dapat membantunya untuk membangkitkan
pemikiran-pemikiran positif. Kita harus selalu ingat bahwa jika kita
tidak mempersembahkan cinta kasih kita kepada orang lain, kita tidak
dapat mengharapkan mereka untuk mengasihi kita.
Kita harus mulai dengan mengarahkan
pikiran yang dipenuhi kasih sayang terhadap orang yang paling kita
sukai, tetapi bukan yang berlawanan jenis, karena bisa merangsang nafsu
indria. Ini adalah fase pertama dalam jenis meditasi cinta kasih.
Setelah itu, kita harus mengarahkan pikiran kita untuk orang kedua yang
kita sayangi. Kemudian pada tetangga, lalu semakin meluas pada setiap
orang yang mungkin kita kenal, dan akhirnya pada semua makhluk di dunia.
Demikian juga kita harus mengarahkan pikiran yang penuh cinta kasih
kepada musuh-musuh kita. Dengan cara ini kita meningkatkan spritualitas
dunia. Kita juga harus mengarahkan pikiran cinta kasih terhadap orang
yang tidak waras, yang bodoh dan yang lemah. Dengan kata lain, kita
memperluas pikiran cinta kasih itu ke seluruh dunia. Pikiran apa pun
yang tidak menyenangkan muncul dalam meditasi cinta kasih ini dapat
ditanggulangi sepenuhnya. Beginilah cara bermeditasi dengan obyek kasih
sayang universal, dan ini dapat dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada saat bekerja dengan orang lain,
dalam aktivitas sehari-hari, jangan sampai kita kehilangan kontrol diri.
Justru harus menunjukkan kebaikan hati, karena lewat meditasi kita
telah mencoba mengarahkan pikiran kasih sayang terhadap semua makhluk.
Dan meditasi ini harus dimasukkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
Orang harus menghindari segala kemarahan, kekerasan dan apatisme. Dengan
demikian ia dapat mencapai obyek meditasi yang sebenarnya; ia
mempraktekkan esensi meditasi.
Meditasi dalam segala bentuknya
memungkinkan kita memperoleh suatu tingkat konsentrasi dan kesatuan
pikiran yang lebih tinggi, yang berguna untuk mencapai keadaan-keadaan
tertinggi dan tujuan-tujuan tertinggi. Meditasi harus selalu dibawa
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian obyek meditasi menjadi
jelas wujudnya. Jika seseorang berkonsentrasi untuk tidak marah —dengan
memikirkan dan mengembangkan pikirannya sedemikian itu serta memegang
kendali atas dirinya —maka setelah kembali dalam masyarakat, ia mampu
tetap tenang sepenuhnya. Dengan begitu berarti ia telah benar-benar
mempraktekkan meditasi.
Untuk berlatih meditasi, pada awalnya
disarankan agar mencari ketenangan. Karena dalam tahap-tahap awal, jika
pikiran tidak menemukan lingkungan yang cocok, ia akan sering kali
melompat kian kemari. Orang harus menghindari gangguan. Tetapi jika
orang yang berlatih itu telah mencapai konsentrasi penuh, maka apa pun
yang terjadi dan seberapa pun banyaknya suara yang berada di sekitarnya,
pikirannya tidak akan terganggu.
Kesadaran-diri merupakan hal yang sangat
penting. Kesadaran-diri ini penting untuk kehidupan, dan ini pun
merupakan suatu bentuk meditasi. Jika kita melakukan sesuatu, kita harus
melakukannya dengan sadar. Kita harus sadar akan apa yang sedang
terjadi dalam diri kita. Dengan mengamati diri, makhluk yang sadar akan
mengembangkan pikiran. Ia harus mengembangkan kesadarannya dan sadar
akan hal-hal yang paling sepele sekali pun.
Misalnya, sewaktu makan kita harus sadar
akan apa yang sedang kita makan, dan sadar bahwa kita telah makan
cukup. Jika duduk, kita harus sadar akan bagaimana dan di mana kita
sedang duduk. Jika berdiri, kita harus sadar bahwa kita sedang berdiri;
juga pada saat bangun tidur kita harus sadar bahwa kita sedang terjaga.
Kita harus berusaha untuk membuat kesadaran kita siaga dalam kehidupan
sehari-hari. Jika sedang membaca, sadarilah bahwa Anda sedang membaca.
Jika sedang menulis, sadarilah bahwa Anda sedang menulis. Orang harus
berkonsentrasi pada hal yang sedang dilakukannya. Jangan melakukan
beberapa hal sekaligus pada saat yang hampir bersamaan, karena orang
tidak dapat tetap penuh perhatian pada beberapa hal sekaligus. Misalnya,
seorang yang membaca sambil makan, tidak akan dapat benar-benar
memperhatikan aktivitas membaca atau aktivitas makan. Jika kita tetap
hanya sekedar sadar akan sesuatu, ingatan akan menjadi jauh lebih aktif.
Meditasi bukan hanya sekedar cara hidup,
melainkan merupakan faktor yang mengontrol kehidupan itu sendiri. Orang
bermeditasi untuk menemukan suatu tujuan hidup yang berguna.
Ada suatu sarana konsentrasi yang sangat
berguna dengan menggunakan pernafasan sebagai penopang pikiran. Kita
adalah makhluk hidup, kita belum mati. Untuk mempertahankan kehidupan
ini, kita harus bernafas. Jika bukan karena proses itu, kita pasti sudah
mati. Tetapi biasanya tidak sadar bahwa kita sedang bernafas. Kita
semua bernafas tetapi kita tidak bermeditasi pada nafas. Jelasnya, kita
tidak sadar bahwa kita hidup. Kita tidak mengetahui bahwa kita bernafas.
Kita hanya tahu bahwa kita berhubungan lewat kata-kata satu sama lain.
Konsentrasi pada helaan nafas merupakan
suatu sarana yang sangat bagus untuk memperoleh kesatuan pikiran.
Pernafasan merupakan penopang yang amat bagus untuk konsentrasi. Guna
mengetahui bahwa kita sedang bernafas, semua kesadaran mental disalurkan
ke nafas. Lalu sedikit demi sedikit, melalui beberapa kali latihan,
pikiran menjadi tenang dan mencapai suatu tingkat konsentrasi yang
tinggi.
Saya ingin menekankan bahwa semua
terminologi ini bisa menyesatkan. Banyaknya label telah menimbulkan
prasangka yang besar. Yang menyedihkan adalah bahwa manusia ingat pada
kata-kata tetapi lupa pada arti sebenarnya dari kata-kata itu. Sebagai
contoh, kita kadang-kadang manaruh perhatian yang berlebihan terhadap
label-label. Kita tidak boleh menaruh perhatian yang berlebihan pada
label. Kita harus menerima bahwa ajaran-ajaran itu adalah untuk semua
manusia. Guru-guru besar menginginkan dunia yang lebih baik, dan untuk
alasan itulah mereka menawarkan ajaran-Nya kepada semua orang. Itulah
keinginan Sang Buddha, Kristus dan semua guru-guru besar.
Pengikut-pengikut merekalah yang mengelompokkan diri mereka sebagai
Buddhis, Kristen dan sebagainya, tetapi pemrakarsa-pemrakarsa besar itu
sebenarnya memulai kotbahnya untuk semua orang.
Saya tekankan lagi bahwa keinginan dasar
para guru besar itu adalah untuk membuat dunia menjadi lebih baik, dan
bahwa mereka sama sekali tidak tertarik pada label. Setiap orang dapat
mengambil manfaat dari ajaran-ajaran itu untuk diri mereka sendiri,
seperti: meditasi cinta kasih universal, meditasi pemikiran yang lebih
tinggi, dan meditasi pernafasan. Semuanya dapat digunakan oleh semua
manusia, bukan hanya oleh umat Buddha saja. Latihan-latihan meditasi ini
memungkinkan kontrol atas pikiran dan penanggulangan agresi,
kebingungan, keegoisan dan keinginan-keinginan jahat. Semua musuh ini
dapat ditanggulangi. Dan orang dapat mengembangkan welas asih dan cinta
kasih universal, keramah-tamahan, kedermawanan dan sifat-sifat positif
lainnya.
Saya sungguh mendoakan bahwa hal ini
dapat dipahami. Orang Kristen yang mana pun, tanpa melabeli diri
sendiri, dapat melatih metode-metode meditasi atau yoga ini, untuk
manfaat mereka sendiri. Tidak perlu timbul konflik apa pun dengan
ritual-ritual mereka sendiri; tidak ada alasan untuk terjadinya konflik.
Apa pun label yang Anda tempelkan pada diri sendiri semuanya itu tidak
memiliki nilai. Hal yang paling penting adalah melaksanakan latihan
meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha, tanpa ada diskriminasi
keagamaan apa pun.
Orang dapat mengikuti agamanya sendiri
secara baik dan juga melaksanakan praktek meditasi secara sempurna. Yang
ingin saya katakan adalah bahwa satu-satunya kegunaan label hanyalah
untuk mengisi formulir-formulir birokrasi. Jika kita mengetahui suatu
ajaran yang besar, kita harus melupakan semua label. Inilah yang harus
kita lakukan saat mempelajari meditasi atau yoga untuk manfaat kita
sendiri. Semua agama harus berdampingan secara harmoni karena tujuan
para guru agama adalah membuat agar dunia menjadi lebih baik. Inilah
tujuan umum yang cenderung mengokohkan sifat-sifat positif. Karena
itulah, tanpa diskriminasi, manusia harus membantu dirinya sendiri
dengan suatu metode atau praktek keagamaan yang berguna, tanpa peduli
dari mana asal agama itu, tanpa perlu adanya suatu perubahan label.
Meditasi meningkatkan moral umat manusia. Setiap orang harus bermeditasi
dan menggunakan kehidupan mereka untuk memperoleh kebijaksanaan, karena
kebijaksanaan membebaskan kita dari semua penderitaan dan rasa sakit
yang disebabkan oleh kebodohan batin.
Mungkin “meditasi” bukan istilah yang
paling cocok untuk menggambarkan ide tentang apa yang ada di balik agama
Buddha. Istilah seperti “kultur mental” atau “pengembangan mental”
mungkin lebih cocok untuk menggambarkan tujuan itu. Meditasi Buddhis
tidak terpengaruh pada tingkat-tingkat proses pikiran biasa, dan tidak
juga ditujukan secara langsung untuk menghentikan pikiran. Tujuan
dasarnya adalah untuk memperbaiki penerimaan, menyempurnakan persepsi,
dan mengembangkan kesadaran. Melalui penerapan perhatian benar,
kebingungan pikiran terhindarkan. Kendali pikiran kita yang kendor dapat
dikencangkan, dan indera-indera serta nafsu-nafsu kita yang bagaikan
kuda liar dapat dikontrol. Energi mental kita dapat disalurkan sehingga
sifatnya dapat meningkat dan menjadi sempurna. Dengan meditasi seperti
ini, pikiran dapat dilatih agar sampai pada keadaan perhatian yang
menyatu. Perlu dipahami bahwa konsentrasi perhatian ini bukanlah proses
penambahan, melainkan proses pengikisan bagi gangguan. Meditasi
mengajarkan kepada kita perbedaan yang halus antara berpikir dan
memiliki buah-pikir. Orang mencari pengetahuan intuisi, bukan hanya
sekedar konstruksi analitis. Pengetahuan dapat muncul dengan spontanitas
intuisi, dan hanya dengan susah payah pengetahuan semacam itu dapat
diungkapkan dalam pemikiran keseharian. Dalam kotbah Sang Buddha yang
disebut Satipattana Sutta (D.II.290-315; M.I.55-63) diberikan empat
jenis perenungan: perenungan atas tubuh, perenungan atas sensasi,
perenungan atas pikiran, dan perenungan atas keadaan pikiran. Dalam
kotbah ini Sang Buddha menjelaskan bahwa perhatian murni adalah
satu-satunya jalan untuk membebaskan pikiran dari kekotoran batin
(kemarahan, keinginan jahat, ilusi, nafsu keinginan, kedengkian,
kebencian, dan sebagainya).
Latihan-latihan fisik yang teratur yang
digabungkan dengan latihan mental akan sangat bermanfaat, karena ada
hubungan yang erat antara tubuh dan pikiran. Waktu muda, saya sendiri
mempraktekkan latihan yoga dan saya selalu merasa senang, walaupun
karena sudah tua sekarang saya tidak melakukan praktek itu. Meditasi
Buddhis terutama berhubungan dengan pikiran. Pikiran adalah faktor yang
paling penting karena jika dijaga agar tetap kuat dan sehat, akan nyata
terlihat kekuatannya yang melampaui faktor-faktor lain. Banyak penyakit
—kulit, jantung, arteri, sakit kepala, ketegangan syaraf dan sebagainya
adalah akibat dari keadaan mental yang tidak sehat. Cukup besar
prosentasi (kira-kira 80%) di mana keluhan-keluhan tersebut sebenarnya
disebabkan oleh penyakit mental.
Tetapi pikiran harus dilatih dan
dikembangkan lewat kerja keras dan usaha yang tetap, teratur dan mantap.
Tidak ada jalan pintas. Mengherankan sekali jika dilihat betapa banyak
orang yang tidak mengetahui fakta bahwa mereka memiliki pikiran yang
dapat dilatih seperti halnya otot dapat dilatih. Lewat
ketrampilan-ketrampilan yang cocok pikiran dapat dikembangkan, baik
kekuatannya maupun fleksibilitasnya.
Salah satu latihan kesadaran mental yang
sangat saya anjurkan adalah latihan kesadaran selama proses pernafasan:
pada nafas yang masuk dan nafas yang keluar. Latihan ini tidak hanya
memurnikan dan meningkatkan organisme secara keseluruhan, tetapi
terutama membawa pada konsentrasi pikiran, menuju kesatuan pikiran. Kita
memfokuskan perhatian kita pada satu aktivitas yang biasanya tidak
diasadari dan bersifat mekanis. Kita harus berlatih dengan tekun untuk
mengamati proses-proses itu dan mengamati isi pikiran: mengamati emosi,
nafsu keinginan dan perasaan, serta mengamati tubuh, semuanya
sebagaimana adanya sesuai realitas. Kita juga harus terampil mengamati
semua tindakan-tindakan kita karena semuanya itu bermula dari pikiran.
Melalui teknik-teknik pengamatan ini, faktor-faktor negatif dan positif
terungkap. Yang negatif adalah: kemewahan dan sensualitas, kebencian dan
kemarahan, kelesuan dan kemalasan, ketegangan dan kegugupan, serta
kecemasan dan keraguan. Jika selama meditasi faktor-faktor ini muncul
dan mengganggu, kita harus mengatasinya lewat konsentrasi pada
faktor-faktor yang positif, yaitu: keramah-tamahan, cinta kasih,
pengertian, usaha, ketenangan, kepercayaan diri, kesejahteraan,
kebahagiaan dan semangat.
Kebanyakan manusia dewasa ini diserang
oleh kecemasan ini atau itu. Sebanarnya merasa cemas adalah suatu
kelemahan yang tidak berguna, suatu aktivitas yang sangat negatif,
karena kecemasan hampir tidak pernah berhubungan dengan masa kini di
mana kita hidup. Kecemasan adalah hal yang tidak penting karena
didasarkan pada proyeksi mental ke masa lampau dan masa depan, serta
menyiratkan tidak adanya hidup dan konsentrasi pada masa kini. Jika kita
memiliki masalah yang dapat kita pecahkan sekarang ini, kita harus
segera bekerja keras untuk memecahkannya. Selama usaha, sama sekali kita
tidak akan merasa cemas jika kita memusatkan seluruh perhatian pada
proses yang membutuhkan perhatian itu. Inilah yang seharusnya kita
lakukan.
Sebaliknya, jika kita dihadapkan pada
suatu masalah di mana kita tidak dapat melakukan apa pun sekarang, maka
karena tidak dapat dihindarkan dan belum dapat dipecahkan, kita harus
memusatkan seluruh perhatian kita pada masa kini, pada situasi nyata.
Tidak seharusnya kita memproyeksikan pikiran ke sana-sini, atau
mengikuti dan terhanyut sepanjang alur-alur pikiran yang tidak
memberikan hasil, tidak nyata, dan melemahkan.
Kemungkinan-kemungkinan terapi apa yang
dapat kita pertalikan dengan meditasi Buddhis? Meditasi dapat
dipraktekkan dengan berhasil jika pikiran dan tubuh sehat. Jika
seseorang menderita infeksi atau penyakit, ia harus disembuhkan dahulu.
Itu penting.
Adalah salah jika berpikir bahwa
penyakit yang serius dapat dengan mudah disembuhkan lewat meditasi.
Untuk sakit fisik, orang harus berkonsultasi dengan seorang spesialis.
Dan dalam kasus gangguan mental, orang harus berkonsultasi dengan
psikiater. Orang harus disembuhkan dahulu, baru kemudian praktek
meditasi, dengan jaminan bahwa penyakit itu tidak akan kambuh. Saya
sendiri, setelah terserang penyumbatan jantung, stroke, yang terjadi
setelah terkena influensa beberapa saat yang lalu, berhasil melewati
proses penyembuhan yang dipercepat karena serangkaian pengobatan medis
dan meditasi, dan saya bisa sembuh total. Saya yakin bahwa banyak
penyakit, seperti yang saya sebutkan di atas, dapat dihindari melalui
latihan meditasi yang tekun.
Meditasi membawa kita menuju kegembiraan
dan suka cita, menuju keramah-tamahan dan kebenaran, menuju kecantikan
serta kesehatan. Meditasi meningkatkan pengendalian yang kuat atas
pikiran dan memperbaiki watak. Praktek ini bahkan membantu kita untuk
bisa tidur lebih nyenyak, melenyapkan mimpi-mimpi yang tidak
menyenangkan serta menggantikannya dengan yang menyenangkan. Mimpi-mimpi
buruk, yang negatif sifatnya, terkikis sedikit demi sedikit jika kita
meningkatkan sifat meditasi kita. Bila mimpi negatif yang berisi konflik
mengganggu kita, siapakah sebenarnya yang kita hadapi? Dengan siapakah
kita berdebat? Siapakah yang kita takuti? Kita melarikan diri dari
siapa? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat kita tanyakan kepada diri
sendiri selama meditasi. Dan akan kita lihat dengan jelas bahwa kita
menghadapi dan berdebat dengan aspek-aspek kita sendiri. Kita takut dan
melarikan diri dari aspek-aspek itu yang dipersonifikasikan lewat
berbagai bayangan mimpi. Kebenaran hal ini begitu sederhana sehingga
diabaikan oleh psiko-analisa modern, yang sering mencari penjelasan dari
luar untuk masalah-masalah yang muncul, tanpa menyadari bahwa semua
pemecahan masalah itu dikendalikan dari alam.
Sedikit demi sedikit, melalui meditasi,
kita memperoleh pemahaman yang lebih besar atas diri kita sendiri. Tak
pelak lagi, meditasi akan memperluas pemahaman kita.
Sumber :
[ Dikutip dari Pengabdian Tiada Henti, 20 th Abdi Dhamma Sangha Theravada Indonesia. Naskah Asli: Health and Happiness through Meditation - Vesak Sirisara, Sri Saddharmadana Samitiya —Srilangka.]
[ Dikutip dari Pengabdian Tiada Henti, 20 th Abdi Dhamma Sangha Theravada Indonesia. Naskah Asli: Health and Happiness through Meditation - Vesak Sirisara, Sri Saddharmadana Samitiya —Srilangka.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar