Rabu, 22 Mei 2013

Materi Kelas VII Semester Ganjil


Saddha

1. PUJA BAKTI   

Bakti adalah rasa hormat, tunduk, setia kepada orang (obyek puja) yang patut untuk dihormati (misal: orang tua, guru, ketua adat, rohaniwan, Buddha, Dhamma, Saṅgha, dan senagainya).
Puja bakti adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan penghormatan terhadap obyek puja (orang yang patut menerima penghormatan).
Sikap dalam menghormat:
a.      Anjali                                : merangkapkan kedua tangan di depan dada
b.     Namakkhara                      : sikap menghormat/sujud dengan lima titik  menyentuh lantai
c.      Pradaksina/padakkhina     : berjalan searah jarum jam mengeilingi obyek puja sebanyak tiga kali
d.     Utthana                             : berdiri menyambut. Contoh: ketika kita sedang duduk dan ada Bhikkhu atau orang yang dihormati    sedang lewat, kita segera berdiri dari tempat duduk.
e.      Samicchikamma                : melakukan hal-hal yang perlu dilakukan tanpa menunggu perintah (contoh: memungut sampah dan membuangnya di tempat sampah walaupun tidak disuruh, dan sebagainya).

Patha adalah syair/kalimat yang diucapkan dalam melakukan puja
Namo Buddhaya: salam umat Buddha, biasa dipergunakan bila bertemu dengan rekan se-Dhamma
Namo Buddhaya berarti ‘terpujilah para Buddha’.
Namakkhara Gatha terdiri dari:
Arahaṁ sammāsambuddho bhagavā, buddhaṁ bhagavantaṁ abhivādemi
(Sang Bhagava yang maha suci, yang telah mencapai penerangan sempurna, aku bersujud dihadapan Sang Buddha, Sang Bhagava)
Svākkhāto bhagavatā Dhammo, Dhammaṁ namassāmi
(Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava, aku bersujud di hadapan Dhamma)
Supaṭipanno bhagavato sāvaka saṅgho, saṅghaṁ namāmi
(Saṅgha siswa Sang Bhagava bertindak sempurna, aku bersujud dihadapan Saṅgha).

Pada akhir kebhaktian, diucapkan ‘Sabbe sattā bhavantu sukhitātā’ yang berarti Semoga semua makhluk berbahagia. Sebagai jawabannya, kita mengucapkan ‘Sādhu’ sebanyak tiga kali yang berarti “Semogalah”. Dalam kebaktian juga dibacakan Paritta yang bertujuan untuk melindungi pikiran kita dari pengaruh-pengaruh buruk. Secara harafiah paritta berarti perlindungan. Paritta yang dijadikan pedoman umat awam/biasa adalah Paritta Pancasila yang berisi lima tekad latihan umat Buddha untuk mengendalikan diri menghindari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong dan mabuk-mabukan. Sedangkan Paritta yang digunakan untuk menyatakan tekad berlindung kepada Buddha, Dhamma, Sangha adalah paritta Tisarana. Untuk merenungkan sifat-sifat luhur Sang Buddha dibacakan paritta Buddhānussati, untuk merenungkan sifat-sifat luhur Dhamma Sang Buddha dibacakan paritta Dhammānussati dan untuk merenungkan sifat luhur dari Saṅgha dibacakan paritta Saṅghanussati. Jika kita ingin memuji terhadap keluhuran Sang Buddha kita dapat memanjatkan paritta Vandana sebanyak tiga kali.


2. HAKEKAT KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM AGAMA BUDDHA

Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha dipandang sebagai Yang Mutlak dan Tanpa Aku, tidak dapat dipersonifikasikan (digambarkan seperti orang/manusia), tidak dapat dilukiskan, dijadikan seperti manusia (non-personifikasi). Hakekat Ketuhanan Yang Maha Esa hanya dapat dicapai dengan pandangan terang dan diwujudkan pada tingkat-tingkat kesucian. Dalam pandangan agama Buddha, tidak dibahas Tuhan sebagai Maha Pengasih, Maha Tahu, Maha Adil, dan sebagainya, karena bila digambarkan seperti manusia akan menjadi tidak tepat.
Konsep Ketuhanan ini termuat dalam Kitab Udana VIII:3 (bagian dari Sutta Pitaka)
Umat Buddha mempunyai suatu keyakinan berdasarkan pada pengertian benar, bukan sekedar percaya. Umat Buddha diberikan kesempatan untuk datang, melihat, meneliti, dan membuktikan sendiri (EHIPASSIKO). Hal ini dijelaskan Sang Buddha dalam Kalama Sutta, yaitu kotbah Sang Buddha kepada Suku Kalama, yang ragu-ragu dan bingung karena banyak guru spiritual yang memberikan ajaran yang menarik, tetapi dengan konsep yang berbeda-beda.

3. KITAB SUCI AGAMA BUDDHA

Kitab suci agama Buddha disebut Tipitaka (Pali)/Tripitaka (Sansekerta) yang baerati tiga keranjang/tiga kelompok, terdiri dari:
1.        Vinaya Pitaka memuat tentang peraturan dan tata tertib para Bhikhhu dan Bhikkhuni
Bhikkhu adalah umat Buddha yang bertekad menjalankan Dhamma dan Vinaya dengan meninggalkan kesenangan duniawi (menjadi pertapa, hidup sederhana). Seorang Bhikkhu wajib menjalankan peraturan kebhikkhuan sejumlah 227 (Patimokkha Sila). Sedangkan untuk Bhikkhuni berjumlah 311 peraturan. Sebelum menjadi bhikkhu harus menjalani kehidupan sebagai Samanera (pertapa kecil) yang melaksanakan 10 sila wajib (Dasasila) dan 75 Sila (sekkhiyavattha 75). Samanera biasa disebut sebagai Calon Bhikkhu. Untuk calon Bhikkhuni disebut Samaneri. Umat awam mempunyai peraturan yang wajib dilaksanakan berjumlah 5 yaitu Pancasila Buddhis. Umat Buddha laki-laki yang menyatakan berlindung pada Tiratana dan melaksanakan Lima Sila dalam hidupnya disebut Upāsakha, untuk perempuan disebut Upāsikha. Untuk Pandita mempunyai 8 Sila (peraturan) yang disebut Atthasila. Pandita mempunyai tugas untuk membimbing dan mempimpin upacara-upacara keagamaan.
2.        Sutta Pitaka memuat tentang kotbah-kotbah yang disampaikan oleh Sang Buddha dan para siswanya. Terbagi dalam 5 Nikāya yaitu Dīgha Nikāya, Majjhima Nikāya, Sayutta Nikāya, Aguttara Nikāya,  dan Kuddhaka Nikāya.
3.        Abhidhamma Pitaka memuat tentang uraian Dhamma terperinci yang disusun secara analisis dan mencakup berbagai bidang kehidupan seperti, psikologi, logika, etika dll.


2. TEMPAT IBADAH AGAMA BUDDHA
Tempat Ibadah agama Buddha disebut Vihara. Sedangkan yang lebih kecil dari vihara disebut Cetiya. Dalam suatu vihara terdapat bangunan yang digunakan khusus untuk melakukan kebhaktian disebut Bhaktisala, dan ruang yang digunakan khusus untuk membabarkan Dhamma disebut Dhammasala. Akan tetapi kebanyakan ruang Bhaktisala dan Dhammasala menjadi satu tempat.
3. SARANA UPACARA
Altar: meja sembahyang tempat meletakkan amissa puja (persembahan yang berupa benda.materi) terdiri dari:
Air mempunyai arti sebagai kesucian, sumber hidup, membersihkan noda, mudah beradaptasi, menunjukkan sikap rendah hati, menyimpan tenaga yang dasyat.
Lilin mempunyai arti sebagai sumber penerangan, berkorban untuk mengusir kegelapan
Dupa/hio melambangkan harumnya kebajikan seseorang yang akan bertebaran ke seluruh penjuru mata angin.
Buah melambangkan hasil dari suatu perbuatan, juga sebagai ungkapan rasa terima kasih
Rupang Buddha/Bodhisatva  sebagai obyek puja atau obyek Bhavana, juga sebagai simbol untuk mengenang kebajikan yang telah diperbuat untuk umat manusia.

4. HARI RAYA AGAMA BUDDHA

1.        Hari Raya Magha Puja (Februari-Maret) memperingati tentang:
a.        berkumpulnya 1250 bhikkhu yang semuanya mencapai tingkat kesucian Arahat
b.        semua Arahat tersebut ditasbihkan oleh Sang Buddha sendiri dengan “Ehi Bhikkhu Upasampada
c.        ke –1250 Arahat datang tanpa perjanjian dan persetujuan terlebih dahulu
d.        dibabarkannya Ovada Patimokkha sebagai Inti ajaran para Buddha yaitu : “Janganlah melakukan kejahatan, perbanyaklah perbuatan baik, sucikan hati dan pikiran, inilah ajaran para Buddha”
2.        Hari Raya Waisak (Mei-Juni). Sebagai hari libur Nasional yang memperingati tiga peristiwa penting yaitu :
a.        Lahirnya Bodhisatva Sidharta di Taman Lumbini di bulan purnama sidhi (623 SM)
b.        Bodhisatva Sidharta mencapai penerangan sempurna di hutan Gaya
c.        Sang Buddha mencapai Parinibbana di kusinara (usia 80 tahun)
3.        Hari Raya  Asadha (Juli-Agustus) memperingati tentang:
a.        Kotbah pemuratan roda Dhamma yang pertama (Dhammacakkapavatana Sutta)
b.        Terbentuknya Sagha (pasamuan bhikkhu) yang pertama.
c.        Terpenuhinya Tiratana (Buddha, Dhamma, Sagha)
4.        Hari Raya Kathina (Oktober-Nopember) merupakan hari bakti umat Buddha kepada Sagha (para bhikkhu) dengan memberikan persembahan dana kepada Sagha. Terdapat empat macam kebutuhan pokok seorang Bhikkhu yaitu: makanan, tempat tinggal, obat-obatan dan jubah. Keempat kebutuhan ini disebut Catupaccaya.
1.           Buddha Rupang, Bunga, Lilin, Air, Dupa
a.        Buddha Rupang.
        Simbol dari ketenangan batin seseorang. Buddha rupang bukan berhala yang harus disembah oleh umat Buddha, namun Buddha rupang adalah simbol dari ketenangan batin.
b.        Bunga.
        Simbol dari ketidak-kekalan. Bunga segar yang diletakkan di altar setelah berganti waktu dan hari akan menjadi layu. Begitu pula dengan badan jasmani kita, suatu waktu kelak pasti akan menjadi tua, sakit, lapuk akhirnya meninggal.
c.        Lilin.
        Simbol dari cahaya atau penerangan batin yang akan melenyapkan kegelapan batin dan mengusir ketidaktahuan (avijja)
d.        Air
        Simbol dari kerendahan hati. Dikatakan demikian karena air selalu mencari tempat yang lebih rendah dimanapun mengalir. Sifat air adalah:
¨        Dapat membersihkan noda
¨        Menjadi sumber kehidupan makhluk
¨        Dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan
¨        Selalu mencari tempat yang lebih rendah
¨        Meskipun kelihatannya lemah, tetapi dalam keadaan tertentu dapat bangkit menjadi tempat yang dahsyat (misal banjir, sunami, dll)
e.        Dupa.
Simbol dari keharuman nama baik seseorang. Bau wangi dupa yang dibawa angin akan tercium di tempat yang jauh, namum tidak dapat tercium di tempat yang berlawanan dengan arah angin. Begitu juga dengan perbuatan manusia yang baik akan diketahui oleh banyak orang, tetapi perbuatan tidak baik dimanapun berada juga akan diketahui oleh orang lain.
2.        Bendera Buddhis, terdiri dari lima warna, antara lain:
¨        Biru artinya bhakti
¨        Kuning artinya bijaksana
¨        Merah artinya cinta kasih
¨        Putih artinya suci
¨        Jingga/Orange artinya semangat
Bendera Buddhis berasal dari aura yang dipancarkan dari tubuh Buddha, baik yang melingkar dibelakang kepala maupun yang menyelubungi tubuhnya. Aura tubuh Buddha dalam bahasa pali disebut Buddharasmi atau Byamappabha. Aura Buddha terdiri dari 6 macam, yaitu: Biru (Nila), Kuning (Pita), Merah (Lohita), Putih (Odata), Jingga/orange(Manjettha), campuran (pabhasura). Aura tubuh Buddha muncul pertama kali setelah mencapai penerangan sempurna di hutan Uruvela pada tahun 588 SM, ketika itu beliau berusia 35 tahun. Belakangan warna aura tubuh Buddha tersebut dijadikan sebagai Bendera Buddhis oleh J.R. De Silva dan Kolonel H.S.Olcott untuk menandakan kebangkitan kembali agama Buddha di Ceylon.
3.        Stupa
Pada mulanya merupakan gundukan peringatan berbentuk setengan bola. Belakangan, gundukan ini menjadi monumen yang dikeramatkan. Menurut legenda bentuk tersebut berasal dari petunjuk Buddha Sakyamuni yang memperlihatkan kepada siswanya bagaimana cara membangun stupa dengan benar. Dalam legenda ini, Buddha mengambil tiga lembar jubahnya, melipatnya hingga membentuk bujur sangkar, lalu diletakkan diatas  tanah saling bertumpuk satu sama lain. Di atasnya diletakkan mangkuk (patha/bowl) secara terbalik dan diatasnya lagi diletakkan tongkat yang biasanya dibawa berkelana. Oleh karena itu stupa biasanya berbentuk tiga tingkat, yaitul: tingkat dasar berbentuk trapezoid, bagian tengah berbentuk setengah bola, bagian atas berbentuk kerucut.
4.        Dhammacakka
Secara harfiah artinya roda dhamma, bentuknya bulat dan didalamnya terdapat jari-jari berjumlah
Delapan buah, yang melambangkan jalan mulia berunsur delapan, yang terdiri dari:
a.   Pandangan benar: pandangan terhadap empat kesunyataan mulia
b.   Pikiran benar: pikiran terhadap segala sesuatu yang bersifat positif
c.   Ucapan benar: perkataan yang bermakna dan tidak menyakiti orang lain
Syarat ucapan disebut benar adalah:
¨     Ucapan itu benar
¨     Ucapan itu bermanfaat
¨     Ucapan itu beralasan
¨     Ucapan itu tepat pada waktunya.
d.   Perbuatan benar: suatu tindakan yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain
e.   Mata Pencaharian benar: melalukan kegiatan yang positif yang membawa kebahagiaan
Ada lima maca mata pencaharian/perdagangan yang sebaiknya dihindari oleh umat Buddha, yaitu:
¨     Berdagang manusia untuk dijadikan budak
¨     Berdagang senjata tajam
¨     Berdagang binatang buas (harimau, kucing, anjing, ular, dll)
¨     Berdagang racun
¨     Berdagang obat-obatan terlarang
f.    Usaha benar: berusaha mengembangkan segala sesuatu yang positif demi kemajuan batin
      Perhatian benar: mengendalikan gerak gerik prilaku diri sendiri secara wajar
g.   Konsentrasi benar: memusatkan pikiran pada obyek
5.        Relik
Relik adalah peninggalan khusus dari jenazah seseorang yang dipandang suci. Peninggalan khusus ini biasanya berupa potongan kuku, rambut, abu jenazah, gigi, tulang, atau benda tertentu yang terdapat dalam tubuh setelah dikremasi. Pemujaan terhadap relik mulai sejak kematian Buddha Gautama setelah abu jenazahnya dibagi menjadi sepuluh bagian dan disimpan dalam stupa yang didirikan di sepuluh negara. Sebagai contoh relik gigi Sang Buddha saat ini disimpan di vihara Dalada Valigwa, dekat kandy Srilanka, sedangkan relik Sariputta dan Mogallana disimpan di Sanci, India.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar