Bagi yang memerlukan file paritta pujabakti beserta artinya dapat didownload disini.
Seiring dengan
peradaban umat manusia, doa atau mantra telah dikenal dan berkembang
bahkan sebelum munculnya agama-agama di dunia ini.
Manusia
pra-agama berdoa guna memenuhi kebutuhan batin yang didera, diselimuti,
dan dicengkram oleh perasaan-perasaan takut, khawatir, cemas, dan pilu
karena banjir, kebakaran, petir, angin topan, dan lain-lainnya. Mereka
berdoa kepada dewa penunggu air, dengan harapan mereka terhindar dari
korban bencana banjir; mereka berdoa kepada dewa api, dengan harapan
mereka terselamatkan dari jilatan api; mereka berdoa kepada dewa langit,
dengan harapan mereka terbebas dari sambaran petir dan gulungan angin
topan, dan lainnya.
Setelah
agama-agama di dunia lahir/muncul, ternyata berdoa bukanlah berkurang,
justru semakin banyak ragamnya, bukan hanya untuk menghindarkan
seseorang dari peristiwa yang menakutkan, menyeramkan, dan mengerikan
seperti di atas, tetapi juga untuk hal-hal yang menyenangkan seperti
pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah, memulai usaha, dan lainnya,
bahkan sampai hal-hal yang kecil sekalipun misalnya mau makan, mandi,
tidur, atau mengerjakan tugas di sekolah, kantor maupun di rumah.
Demikian penting doa dalam sejarah perjalanan kehidupan umat manusia.
Mengapa
kita harus berdoa? Apakah doa itu? Apa bedanya doa dengan paritta?
Pertanyaan itu sering muncul dalam kalangan masyarakat pada umumnya.
Untuk mengetahui jawaban tersebut, pertama-tama kita harus memahami
terlebih dahulu tentang diri manusia itu sendiri. Kehidupan umat manusia
memiliki dua sisi, yaitu sisi batiniah dan lahiriah atau fisik dan
batin. Kedua sisi kehidupan ini memerlukan faktor pengkondisi untuk
perkembangan, kemajuan, dan kelangsungan proses hidupnya.
Sisi
fisik membutuhkan penunjang seperti makanan dan minuman yang bergizi,
bervitamin, dan berenergi, bahkan juga udara yang bersih dan tidak
polusi, guna menjadikan badan kita sehat, kuat dan segar-bugar, sehingga
jasmani kita tidak sakit-sakitan, lemah, lesu, loyo, dan badan kita
dapat berfungsi baik dan normal.
Sisi
batin juga membutuhkan faktor pengkondisi. Karena batin merupakan hal
yang non materi, maka kebutuhan batin adalah non materi yakni hal-hal
yang bersifat spiritual dan dalam Buddhis adalah Dhamma. Keteduhan,
ketentraman, ketenangan, kedamaian, keheningan, kasih sayang, kesabaran,
kesadaran, dan lainnya adalah makanan batin. Guna mewujudkan dan
menghadirkan hal-hal tersebut di atas, maka manusia membuat kalimat
doa-doa sesuai kebutuhannya.
Apa
bedanya doa dan paritta? Dalam paham Buddhis, doa merupakan
ungkapan-ungkapan batin yang dipenuhi harapan, atau spirit dan motivasi.
Bagaimana kita berdoa secara Buddhis? Karena kita menyakini adanya
hukum kamma, maka cara kita berdoa sebagai berikut: semoga dengan
kekuatan jasa baik yang saya lakukan pada saat ini, hari ini dan juga di
waktu yang lain membuahkan kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan dan
lain-lain sesuai apa yang kita harapkan, dan ditutup dengan ucapan
semoga semua makhluk berbahagia, semoga Tiratana memberkahi.
Paritta
adalah khotbah Sang Buddha yang berisikan uraian-uraian Dhamma. Paritta
mempunyai dua sisi kekuatan yakni: pertama, kekuatan spiritual/magis
atau energi psikis, keberkahan dan perlindungan. Kedua, kekuatan
pelaksana, praktik, penyelaman dan penghayatan.
Sejak
jaman Buddha Gotama masih ada di tengah-tengah umat manusia, paritta
telah diyakini memberikan manfaat keberkahan dan perlindungan. Beberapa
paritta yang sangat populer dalam masyarakat Buddhis adalah Ratana Sutta, Karaṇīyametta
Sutta, Khandha Paritta, Aṅgulimāla Paritta, Mora Paritta, Bojjhaṅga
Paritta, Maṅgala Sutta, Āṭānāṭiya Sutta, Abhaya Paritta dan lainnya.
Beberapa
kisah tentang kekuatan paritta diantaranya: Ratana Sutta dibacakan Sang
Buddha saat kota makmur Vesali terancam bencana kelaparan, wabah
penyakit, malapetaka, dan gangguan makhluk-makhluk jahat. Bhikkhu Ananda
diinstruksikan untuk mengulang membaca Ratana Sutta dan berjalan mengelilingi penjuru kota Vesali dengan memercikan air yang telah diberkahi. Dengan kekuatan keberkahan Ratana Sutta, kota Vesali terbebas dari bencana, wabah penyakit, dan pengaruh makhluk jahat.
Karaṇīyametta Sutta
diajarkan oleh Sang Buddha kepada 500 bhikkhu yang mengalami kesulitan
saat mereka berlatih meditasi di hutan karena gangguan makhluk penghuni
setempat. Setelah mereka mengulang dan mempraktikkan cinta kasih (karaṇīyametta)
dan kembali ke hutan untuk berlatih meditasi, mereka pun terbebas dari
gangguan lagi serta memperoleh keberkahan dan perlindungan.
Bagaimana
paritta mempunyai kekuatan spiritual/magis atau energi psikis? Bilamana
paritta dibaca dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi, hikmat dan
disertai keyakinan mantap, maka paritta akan memiliki energi batin yang
luar biasa. Paritta akan kehilangan kekuatannya karena tidak ada
keyakinan, perbuatan jahat, dan kamma berat masa lampau. Oleh sebab itu,
saat kita membaca paritta harus disertai dengan pemahaman terhadap
makna yang terkandung di dalamnya dan dengan sungguh-sungguh, penuh
konsentrasi, hikmat dan disertai keyakinan sehingga batin dan pikiran
kita menjadi tenang, sejuk, teduh, tentram, damai, gembira, suka cita,
dan bahagia. Seperti makna yang terkandung dalam Karaṇīyametta Sutta dimana
yang mengajak kita untuk menuju pada kedamaian, kita harus menjadi
orang yang jujur, tulus, lemah-lembut, tidak sombong, mudah dinasehati,
bersahaja, berindria tenang, tidak tercela dan penuh cinta kasih kepada
semua makhluk tanpa batas di manapun berada dan akan membawa seseorang
tak terlahir dalam rahim manapun juga. Itulah sesungguhnya energi dan
kekuatan nyata yang kita miliki karena paritta.
Kalau
kondisi batin tersebut di atas terus kita jaga dan kembangkan, maka
energi yang ada akan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan badan
jasmani. Energi juga memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar
kita, dan akan menjadi kekuatan yang melindungi.
Apa
bedanya Doa dengan Paritta? Doa merupakan ungkapan hati yang tidak ada
tuntunan untuk kita jalankan, bahkan sering isinya hanya permintaan,
permohonan, dan kala tertentu justru menimbulkan gejolak batin karena
yang dimohon tidak terkabul. Namun, paritta saat dibaca pun telah
memberikan berkah ketenangan, kedamaian, keteduhan, kesejukan,
ketentraman, kegembiraan, dan kebahagiaan karena yang kita baca langsung
menuntun untuk praktik, menghayati dan menyelami seperti dalam Karaṇīyametta Sutta,
guna memperoleh kedamaian maka kita harus cakap, jujur, tulus,
lemah-lembut, tidak sombong, mudah dinasehati, bersahaja, berindria
tenang, tidak tercela, dan penuh cinta kasih kepada semua makhluk tanpa
batas. Oleh karena itu, mari kita membaca paritta untuk ketenangan,
ketentraman, keberkahan, dan perlindungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar