Kamis, 15 Agustus 2013

Kisah Raja Bimbisara

BIMBISARA
Raja Pertama Penyokong Sang Buddha
          Raja Bimbisara sejak dulu telah menawarkan setengah dari kerajaannya kepada Pertapa Gotama, saat Pertapa Gotama pergi melepaskan keduniawiannya karena Beliau ingin mencari Pencerahan. Raja Bimbisara meminta Beliau agar berkenan kembali ke Rajagaha untuk mengajarinya Dhamma begitu Sang Pertapa telah mendapatkan apa yang Ia cari. Ketika Pertapa Gotama telah menjadi Buddha, Seorang yang Telah Mencapai Pencerahan, Beliau tidak melupakan janjiNya untuk kembali. Dengan diikuti oleh sejumlah besar muridNya, Beliau memutuskan untuk mengunjungi Rajagaha. Ketenaran Beliau sebagai guru spiritual telah menyebar di kota itu dan hal itu akhirnya didengar oleh raja Bimbisara.
          Demi mendengar bahwa Sang Buddha telah tiba di gerbang kota, Raja dengan sejumlah besar pengawalnya pergi untuk menyambut Sang Buddha dan para muridNya. Ia mendekati Sang Buddha dan memberikan salam hormatnya, tetapi para pengawal raja tidak tahu kepada siapa mereka harus memberi hormat : kepada Sang Buddha atau kepada Yang Mulia Kassapa. Mereka ragu apakah Sang Buddha yang menjalani kehidupan suci di bawah bimbingan Yang Mulia Kassapa ataukah sebaliknya, karena mereka berdua sama-sama merupakan guru-guru spiritual yang amat disegani.

          Sang Buddha membaca pikiran mereka dan bertanya kepada yang Mulia Kassapa mengapa ia meninggalkan cara-cara pemujaan-apinya. Mengerti maksud di balik pertanyaan tersebut, Yang Mulia Kassapa menerangkan bahwa ia lebih senang pada keadaaan damai Nibbana daripada kesenangan-kesenangan inderawi. Seelah itu ia menjatuhkan dirinya di kaki Sang Buddha dan berkata, “Guruku, Sang Buddha, adalah Sang Bhagava saya adalah murid Beliau.”.
          Orang-orang yang mempunyai keyakinan merasa sangat gembira mendengar percakapan bersebut. Kemudian Sang Buddha membabarkan Dhamma, dan raja Bimbisara mencapai tingkat kesucian pertama. Setelah menembus ajaran tersebut, raja  Bimbisara mengatakan kepada Sang Buddha, “Dulu, O Sang Bhagava, ketika saya masih sebagai seorang pangeran, say mempunyai lima harapan. Kelima harapan tersebut kini telah terpenuhi. harapan saya yang pertama adalah menjadi Raja. Harapan yang kedua adalah bahwa Samma Sambuddha mau mengunjungi kerajaanku. harapan yang ketiga adalah bahwa saya akan menjadi pengikut dari Samma Sambuddha tersebut. Harapan yang keempat adalah bahwa Beliau berkenan membabarkan Dhamma kepada saya. Harapan yang kelima adalah bahwa saya dapat mengerti ajaran/Dhamma tersebut. Kini kelima harapanku itu telah terpenuhi”.
          Karena merasa amat berterima kasih atas hadiah Dhamma dari Sang Buddha ini,  raja Bimbisara mempersembahkan sebuah taman dengan hutan bambu yang tenang kepada Sang Buddha dan para muridNya untuk dipergunakan. Taman ini kemudian diberi nama Hutan Bambu. Sang Buddha menghabiskan tiga masa vassa berturut-turut di sana dan tiga masa vassa lainnya kemudian.
          Setelah mendengarkan dhamma, raja Bimbisara menjadi penguasa yang baik dan setia pada agama. Tetapi karena disebabkan oleh karma buruknya yang lampau ia harus menghadapi kematian yang tidak pada waktunya serta menyengsarakan yang disebabkan oleh kekejaman putranya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar