Minggu, 06 Oktober 2019

Stop Bullying pada Diri Sendiri dan Orang Lain

“Bullying tidak baik untuk diri sendiri maupun orang lain”

Marilah kita merangkapkan kedua tangan di depan dada, bersikap anjali, untuk mengagungkan guru agung kita sang Buddha.
Namo tassa bhagavago arahato sammasambuddhassa 3x
Hendaklah ia menjaga ucapan dan mengendalikan pikiran dengan baik, serta tidak melakukan perbuatan jahat melalui jasmani. Hendaklah ia memurnikan tiga saluran perbuatan ini, memenangkan jalan yang telah dibabarkan para suci.
(Dhammapada: 281)

Namo Buddhaya,
Bapak/ibu dan saudara-saudara yang berbahagia, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan topik tentang Bullying.
Saya pikir kata ini sudah familier di telinga kita semua. 
Di sekitar kita mungkin banyak kita jumpai tindakan-tindakan bullying, seperti mencela, mencemooh dan mengolok-olok menggunakan nama orangtua, mengancam akan melakukan sesuatu, seperti melukai atau menyakiti secara fisik, membicarakan, menggosipkan dan menjelek-jelekkan orang lain di belakang.
Menurut Wikipedia, bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk
menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Bullying bisa datang dalam berbagai jenis:
Penindasan fisik, adalah ketika pelaku intimidasi melukai target mereka secara fisik. Ini mungkin mendorong, meninju, atau memukul. Segala bentuk sentuhan yang tidak diinginkan seseorang dapat menjadi intimidasi dan kemungkinan pelecehan seksual.
Intimidasi verbal, seperti mengejek atau menggoda seseorang.
Penindasan psikologis, seperti bergosip tentang atau mengecualikan orang untuk membuat mereka merasa buruk tentang diri mereka sendiri.
Cyberbullying, adalah ketika pelaku intimidasi menggunakan internet/media sosial dan mengatakan hal-hal yang mungkin tidak mereka katakan secara langsung. Ini bisa termasuk mengirim teks-teks jahat, memposting penghinaan tentang seseorang di Twitter, atau membuat komentar kasar pada gambar Instagram mereka. Cyberbullies juga dapat memposting informasi pribadi, gambar, atau video yang dirancang untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain.

Apa Efek Penindasan?
Pengganggu sering menyerang orang berulang-ulang. Ini bisa membuat seseorang merasa takut, stres, depresi , atau cemas, memiliki pemikiran tentang bunuh diri atau melukai diri sendiri, mengalami masalah dengan tugas sekolah mereka, memiliki masalah dengan suasana hati, tingkat energi, tidur, dan nafsu makan.
Bullying dapat mengakibatkan trauma bagi korbannya baik secara fisik maupun psikologis, dan tentu merupakan kamma buruk bagi pelakunya.

Apa yang dapat kita lakukan? Ada banyak hal yang dapat kita lakukan jika kita diintimidasi:
Beri tahu orang dewasa yang tepercaya. Orang dewasa dalam posisi otoritas, seperti orang tua, guru, atau pelatih, sering kali dapat menghadapi intimidasi.
Abaikan si penindas dan pergi. Pengganggu suka mendapat reaksi. Jika kita pergi atau mengabaikannya, kita memberi tahu mereka bahwa kita tidak peduli. 
Berjalan tegak dan angkat kepala Anda tinggi-tinggi. Menggunakan jenis bahasa tubuh ini mengirim pesan bahwa Anda tidak rentan.
Cobalah berbicara dengan si penindas. Kita tunjukkan bahwa perilakunya serius dan berbahaya.
Hindari sendirian, terutama ketika intimidasi sering terjadi. 
Beberapa orang menggertak untuk mengatasi perasaan stres, kemarahan, atau frustrasi mereka sendiri. Pengganggu mungkin juga telah diganggu dan sekarang ingin menunjukkan kekuatan mereka dengan mengintimidasi orang lain.
Bagaimana jika kita  telah melakukan tindakan bullying atau menindas seseorang?
Cobalah berbicara dengan orang dewasa yang tepercaya untuk membicarakan mengapa kita menjadi pengganggu. Mintalah mereka beberapa saran tentang bagaimana kita bisa berubah.
Sebenarnya, bullying tidak hanya bisa dilakukan pada orang lain. Kita sendiri mungkin juga sering membuli diri sendiri. Misalkan dengan merasa tidak yakin dengan kemampuan kita, kita merasa tidak mampu menyelesaikan sesuatu. Kita memvonis diri kita lemah, merasa minder dan tidak percaya diri juga merupakan bentuk pembulian pada diri sendiri.
Bapak/ibu dan saudara, dilihat dari ajaran Buddha, sudah jelas bahwa bullying merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan Dhamma, dan merupakan bentuk dari perilaku yang tidak sesuai dengan sila, dan tergolong dalam ucapan dan perbuatan yg tidak benar. Hal ini jelas menyimpang dari jalan mulia berunsur delapan, sehingga sebagai umat Buddha yg baik hendaknya kita tidak melakukan tindakan bullying kepada siapapun.
Untuk menjaga agar kita tidak melakukan tindakan bullying baik pada diri sendiri ataupun orang lain, kita perlu menguatkan diri kita dengan meningkatkan kesadaran, pelaksanaan sila, dan pengembangan cinta kasih. 

Meningkatkan kesadaran
Dapat kita lakukan dengan cara melatih meditasi, sehingga dengan memiliki konsentrasi dan kesadaran yang baik, dapat meningkatkan rasa percaya diri kita. Selain itu, kita dapat menjaga agar pikiran kita selalu dalam kondisi baik, sehingga mendorong kita melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. 

Melaksanakan sila
Tindakan bullying berhubungan dengan pelanggaran beberapa sila, diantaranya:
Sila pertama, yaitu mengenai menyakiti, menganiaya, dan membunuh 
Sila ketiga, yaitu, berkaitan dengan tindakan pelecehan
Sila keempat, berkaitan tentang ucapan kasar, hinaan, dan lain sebagainya.
Dengan melaksanakan sila secara baik, kita bisa menjaga diri agar kita tidak melakukan tindakan-tindakan bullying.

Kembangkan cinta kasih
Bentuk ekspresi cinta kasih salah satunya terwujud melalui tindakan memberi (dana). Cinta kasih terpancar melalui tindakan mengunjungi orang sakit, memberi materi dan berharap semoga bermanfaat bagi sipenerima, menawarkan tugas membantu teman, menyemangati teman serta mendengar keluh kesah orang lain dan berusaha membantunya.
Dengan selalu mengembangkan cinta kasih akan membuat kita terhindar dari perilaku-perilaku Bullying. Karena dengan cinta kasih, yang ada pada diri kita adalah usaha-usaha bagaimana dapat membahagiakan pihak lain.

Bapak/ibu dan saudara, jadi dengan meningkatkan kesadaran atau konsentrasi, melaksanakan sila dan mengembangkan cinta kasih, kita akan dapat menjaga diri kita dari tindakan bullying baik pada diri sendiri maupun orangbain. Karena pada dasarnya tindakan bullying itu didasari oleh ketidaksukaan atau kebencian. Kebencian dan cinta kasih merupakan dua hal yang bertentangan, dimana ketika yang satu kuat, maka yg lain akan lemah/menghilang.

Untuk itu bapak/ibu dn saudara, marilah kita bersama2 berlatih untuk hidup sesuai dengan Dhamma, selalu berusaha menjaga pikiran, ucapan, dan tindakan kita agar kedepan kehidupan kita bermanfaat dan menjadi lebih baik. 
Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, mohon maaf jika ada tutur kata yg kurang sesuai.
Saya akhiri, 
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, 
semoga semua makhluk berbahagia
Sadhu... Sadhu... Sadhu...

Singkawang,  Oktober 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar